Senin, 20 Januari 2025

Tentang Kami



Klinik Hewan yang berdiri pada tanggal 13 September 2014 di Kota Bekasi. Kini memiliki 4 (empat) cabang di Jakarta & Bekasi.

Berikut alamat lengkap ke 4 (empat) lokasi klinik kami :


CABANG BEKASI
📍 Summarecon
Topaz TC B No.17, Harapan Mulya, Medan Satria
Kota Bekasi, Jawa Barat 17413
Telp. 0811-129-2024 (Call/ WhatsApp)

📍 Jatibening
Komplek Ruko Jatibening Plaza No.7-8.
Jl. Caman Raya No.117 Simpang 5, Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat 17412
[ Petunjuk Arah ]
Telp. (021) 2210-7185 - 0812-8273-2003 (WhatsApp)

CABANG DKI JAKARTA
📍 Buaran
Jalan Duren Sawit Blok J II No. 6, Klender, Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta 13470 
[ Petunjuk Arah ]
Telp:  (021) 2298-2483 - 0811-963-4008  (WhatsApp)

📍 Rawamangun

Jl. Pinang Raya No.33, RT.4/RW.8, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220

[ Petunjuk Arah ]
Telp: (021) 2247-3081 - 0812-9031-1313 (WhatsApp)

Layanan Kami : 


Ingin Melihat Suasana di Klinik Kami Klik Logo Youtube di bawah ini



#Awal Care is Your Pet Solution!





Obstipasi dan Megacolon

 




Definisi


            Konstipasi merupakan masalah yang sangat umum pada hewan peliharaan, terutama pada kucing setengah baya hingga lanjut usia. Dalam istilah medis, konstipasi didefinisikan sebagai kesulitan mengeluarkan feses dari kolon (usus besar), masalah yang dialami sebagian besar pemilik hewan peliharaan. Namun, bila sembelit terjadi secara sering dan parah meskipun semua upaya telah dilakukan untuk mengatasinya, proses penyakit ini disebut sebagai obstipasi. Obstipasi secara efektif menunjukkan hilangnya fungsi normal usus besar secara permanen. Sebagian besar pasien hewan yang menderita sembelit adalah kucing (meskipun anjing juga dapat mengalaminya). Usus besar mereka tampaknya paling rentan mengalami kehilangan fungsi normal yang menyebabkan sembelit. Sayangnya, kehilangan fungsi ini bukanlah satu-satunya masalah. Itu karena pada akhirnya, sembelit berujung pada sindrom yang disebut megakolon.


Megakolon didefinisikan sebagai hasil akhir dari dilatasi usus besar yang ekstrem (biasanya setelah banyak serangan sembelit tetapi juga sebagai hasil dari satu perjuangan panjang dalam proses ini). Dalam beberapa kasus, megakolon dapat terjadi setelah sejumlah besar tinja telah menggelembung cukup lama hingga merusak saraf di sana secara permanen. Trauma pada panggul yang mengakibatkan penyumbatan saluran normal tinja adalah contoh umum bagaimana hal ini dapat terjadi. Namun, penyakit apa pun yang menyebabkan penyumbatan fungsional bahan tinja dapat menyebabkan megakolon. Meskipun demikian, penyebab bentuk konstipasi ekstrem yang kita sebut megakolon (atau sindrom megakolon) ini dianggap idiopatik pada sebagian besar kucing. Artinya, kita tidak memiliki pemahaman pasti mengapa hewan peliharaan ini sangat menderita. Namun, agaknya ini adalah penyakit otot polos usus besar dan penelitian tentang penyebabnya masih berlangsung.


Gejala Klinis

Tanda pertama masalah dalam kasus ini biasanya bermanifestasi sebagai sembelit sederhana. Sembelit sering kali mudah dikenali oleh pemilik yang secara rutin memantau kebiasaan buang air hewan peliharaan mereka. Baik dengan mengajak anjing mereka jalan-jalan atau mengamati kucing mereka menggunakan kotak pasir, pemilik yang jeli dapat memperhatikan salah satu tanda berikut:

 

l   Mengejan saat buang air besar (tetap dalam posisi membungkuk lebih lama dari biasanya dan mengerahkan tenaga perut berulang kali)

l   Produksi tinja lebih sedikit dari biasanya

l   Produksi tinja yang lebih keras dan/atau lebih kering dari biasanya

l   Buang air besar di dalam ruangan (anjing) atau di luar kotak kotoran (kucing)

l   Mengeluarkan feses cair dalam jumlah sedikit (dengan atau tanpa lendir dan/atau darah) secara berkala dengan feses padat bercampur

l   Dengan atau tanpa perhatian medis, hewan peliharaan yang menderita penyakit yang lebih parah (sembelit dan megakolon) biasanya akan berkembang hingga menunjukkan tanda-tanda berikut yang muncul secara berulang dan tidak dapat ditangani

l   Kurangnya nafsu makan

l   Muntah

l   Penurunan berat badan

l   Dehidrasi

 

Peneguhan Diagnosa

Diagnosis konstipasi biasanya dicapai melalui pengamatan pemilik terhadap satu atau beberapa tanda di atas, pemeriksaan fisik yang menunjukkan tinja padat di perut, dan/atau sinar-X yang menjelaskan masalahnya. Namun, diagnosis konstipasi dan megakolon biasanya memerlukan riwayat masalah berulang yang lebih lama atau bukti masalah mendasar yang menyebabkan gangguan tersebut.

Tes dan prosedur berikut dapat dilakukan sebagai bagian dari proses diagnostik:

 

l   Pemeriksaan fisik

l   Pemeriksaan neurologis

l   CBC (hitung darah lengkap)

l   Kimia (skrining biokimia)

l   Analisis urin

l   Sinar-X

l   Studi barium

l   Pemindaian CT

l   Endoskopi (kolonoskopi)

l   Biopsi


Penanganan

Pengobatan konstipasi dan megakolon saat ini dipandang sebagai salah satu dari sedikit contoh penyakit medis parah yang dapat disembuhkan dengan pilihan pembedahan. Prosedur kolektomi subtotal dianggap sebagai pendekatan standar emas untuk kondisi yang parah ini. Namun, pendekatan medis berikut ini sering dilakukan sebelum pembedahan:

l   Enema dan pembuangan feses secara rutin

l   Hidrasi yang sering (secara intravena atau subkutan)

l   Diet tinggi serat

l   Psyllium, labu kalengan atau sumber serat lainnya

l   Petroleum jelly atau pencahar lainnya

l   Laktulosa (sirup gula jinak yang berfungsi untuk menarik air ke dalam usus besar dan melembabkan tinja)

l   Cisapride (obat yang dirancang untuk meningkatkan kontraksi otot polos dan membuat usus besar bekerja kembali)

Namun, Colektomi subtotal tetap menjadi pengobatan utama bagi sebagian besar penderita. Tujuannya adalah untuk membuang sebagian besar usus besar dan dengan demikian menghilangkan organ yang menjadi penyebab tanda-tanda yang ditunjukkan hewan peliharaan



Contoh Kasus

Kucing bernama Lily sudah mengalami konstipasi berulang selama kurang lebih 1 tahun, pada bulan desember 2024 kucing lily kembali menunjukkan gejala tidak mau makan, abdominal pain, merejan berlebihan, dan juga muntah. Sehingga disarankan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu X-ray. Dari hasil tampak feses yang berukuran sangat besar dan colon juga membesar. Dan langsung disarankan untuk operasi Colectomy subtotal, dimana bagian Colon diangkat.

Dokumentasi 




Kamis, 16 Januari 2025

FIP SYARAF PADA KUCING BATMAN

 




ETIOLOGI

FIP atau Feline Infectious Peritonitis merupakan salah satu penyakit yang cukup fatal pada kucing. FIP disebabkan oleh virus penyebab Feline Coronavirus (FCoV) bentuk virulent. Bentuk nonvirulent dari FCoV adalah Feline Enteric Coronavirus (FECV), yang dapat umum ditemukan pada semua kucing sehat di seluruh dunia. Sebanyak 20% kucing yang terinfeksi FECV dapat bermutasi menjadi FIP. Terdapat 2 bentuk FIP, efusive (basah, biasanya cairan berkumpul di visceral dan omentum atau di permukaan pleura) dan non effusive (kering, biasanya menyebabkan gangguan organ abdomen, Sistem Saraf Pusat dan mata). Gejala awal FIP ini lethargy secara perlahan, demam intermiten, nafsu makan turun dan berat badan turun. Pada bentuk effusive, akan mengalami distensi abdomen karena asites atau dyspnea karena efusi pleural. Pada kasus non effusive yang menyerang mata sering terlihat adnaya uveitis, beberapa kucing mengalami perubahan warna iris mata. Pada gejala Sistem Syaraf Pusat paresis bagian posterior, inkoordinasi, hyperesthesia, kejang dan kelumpuhan pada bagian brachial, trigeminal, fasial dan sciatic (Norsworthy et al., 2018)


GEJALA KLINIS

Kucing Batman dating ke Klinik Hewan Awal Care pada tannggal 9 Desember 2024 dengan keluhan dalam kurun waktu 1 bulan ini kondisinya perlahan semakin menurun. Awal terlihat inkoordinasi kaki belakang, namun semakin lama terlihat semakin sulit untuk berjalan dan berdiri, sehingga pada akhirnya hanya bisa tertidur. 3 hari sebelum dibawa ke klinik sudah tidak mau makan sama sekali, sehingga harus dibantu disuapin. Kucing Batman datang dengan kondisi sudah tidak bisa bangun, kaki depan dan belakang teraba kaku, malnutrisi (BB 1,3kg) dan hipotermia (37,3).

DIAGNOSIS

Dilakukan beberapa uji sebagai peneguhan diagnosa, yaitu pemeriksaan hematologi dan Rapid Tes FIP. Pemeriksaan Kimia Darah ingin dilakukan namun dikarenakan kondisi tubuh yang sudah malnutrisi dan dehidrasi, sehingga darah sulit untuk diambil lebih banyak.

Dari hasil pemeriksaan darah terlihat adanya kenaikan WBC yang tidak terlalu tinggi, namun untuk indikasi RBC, hemoglobin, HCT semua masih dalam range normal. Lalu dilanjutkan dengan pemerikaan Rapid Tes FIP dengan sampel plasma darah


PENGOBATAN

Pengobatan untuk kucing Batman diberikan pemberian obat antivirus oral sehari 2x dan vitamin syaraf injeksi sehari 1x. Pemberian antivirus ini rencana akan dilakukan sampai 84hari. Sebagai terapi suportif kucing Batman juga dipasang infus, dan diberikan penghangat di dalam kandangnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya.

Setelah pemberian obat di hari ke 4 terlihat kucing Batman sudah mulai bisa bediri sendiri namun belum stabil dalam waktu lama, serta mulai berusaha untuk berjalan sendiri. Dan pada hari ke-7 terlihat kucing Batman mulai self-grooming, dan sudah lebih stabil untuk berjalan serta sudah mampu ke mangkuk makanannya sendiri.


PENCEGAHAN

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan penyakit FIP ini adalah salah satu adalah menghindari overcrowding, mengurangi transmisi fecal-oral dengan cara manajemen kotak pasir dan peletakkannya. Jika ingin melakukan breeding, hindari inbreeding. Sterilisasi kucing jantan dan betina yang sudah melahirkan anak kucing yang positif FIP.

KESIMPULAN

Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan salah satu penyakit yang cukup mematikan pada kucing. Terdapat 2 bentuk FIP, effusive (basah) dan non effusive (kering, Sistem syaraf pusat, atau mata). Pada kucing Batman berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik serta uji penunjang lainnya terdiagnosa FIP tipe syaraf. Setelah pengobatan dalam kurun waktu 1 minggu sudah terlihat ada perkembangan pada motorik kucing Batman namun untuk pengobatannya masih berlanjut sampai saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Norsworthy, Gary D., Restine, Lisa M. 2018. The Feline Patient Fifth Edition. Blackwell Publishing, 588-594 





Kamis, 02 Januari 2025

VULNUS MORSUM PADA ANJING

 




Etiologi

Anjing adalah merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak dipelihara untuk dijadikan teman bermain dan penjaga rumah, karena anjing memiliki indera yang sensitif sehingga mudah dekat dengan manusia dan setia. Anjing yang dekat dengan manusia biasanya suka diajak main, tidur bersama dan diberikan latihan. Walaupun begitu anjing tetap memiliki naluri alami untuk melalukan penyerangan apabila kondisinya merasa terancam dengan kehadiran manusia dan hewan lainnya. Sehingga terjadinya perkelahian dengan manusia atau hewan lain yang mengakibatkan adanya vulnus (luka) di tubuh anjing.

Menurut Aminuddin et al. (2020), luka dapat diklasifikasikan sebagai luka ringan, sedang, dan parah; luka kecil hingga besar; luka dangkal hingga dalam; luka bakar, memar, crush injury, dan luka tembak, serta; luka akut hingga kronis. Luka berdasarkan penyebabnya, yaitu terdapat vulnus contussum (luka memar), vulnus abrasi (luka lecet), vulnus laceratum (luka robek), vulnus punctum (luka tusuk), vulnus schlopetum (luka tembak), vulnus morsum (luka gigitan), vulnus incisivum (luka sayat) (Lazarus et al., 1994). Vulnus morsum merupakan luka mekanik yang diakibatkan oleh gigitan hewan, umumnya akibat gigitan anjing. Derajat keparahan vulnus morsum tergantung dari gerakan mekanik hewan penggigit, semakin dalam dan kuat cengkraman rahang hewan tersebut, maka luka yang dihasilkan akan semakin parah, bahkan dapat menyebabkan kematian (Klainbart et al., 2021; Chrisnanta dan Fitri, 2018).

Gejala Klinis

Pasien datang pada tanggal 25 Agustus 2024 jenis hewan anjing Bernama bino dengan kisaran umur 4 tahun. Bino adalah anjing berpemilik  yang sering diajak main oleh pemiliknya jalan-jalan sekitar komplek rumah. Saat sedang jalan ada anjing mix corgi yang menyerang bino sehingga ada luka gigitan ditelinga dan leher sebelah kiri disertai perdarahan yang cukup banyak. Saat diperiksaan di ruang poli berat badan boni 22,4 kg, suhu tubuh 38,9  ̊C, body condition score (BCS) 5 (lima), luka gigitan mengalami robekan di daun telinga dan leher.

Diagnosis

Diagnosa vulnus morsum dapat diketahui melalui anamnesa dan gejalan klinis. Setelah melalukan pemeriksaan fisik dan mengetahui anamanesa anjing boni, maka dijelaskan kepada pemilik bahwa boni harus dilakukan tindakan jahit vulnus (luka). Untuk mengetahui Tingkat infeksi yang dialami karena vulnus morsum makan boni dilakukan pemeriksaan darah hematologi sebagai pemeriksaan penunjang.

Hasil pemeriksaan darah hematologi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan MID, HGB (hemoglobin), HCT (hematocrit), MCV (mean corpuscular mean) dan MCH (mean corpuscular hemoglobin), penurunan RDW-CV (red cell distribution width - coefficient of variation), PLT (platelet) dan MPV (mean platelet volume). MID meningkat merupakan adanya infeksi dan peradangan yang akut dalam tubuh pasien, HGB dan HCT meningkat merupakan respon shock, MCV meningkat menyiratkan sel besar yang tidak normal, yaitu makrosit yang disebut anemia makrositik, MCH merupakan meningkat hemoglobin lebih tinggi dari normal dikarenakan anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang disebut anemia makrositik. Penurunan RDW-CV disebabkan dari respon anemia. PLT turun merupakan keadaan jumlah trombosit yang rendah di bawah kadar normal, hal ini dapat terjadi akibat adanya infeksi dan perdarahan atau hemoragi  di dalam  tubuh  pasien. Penurunan MPV merupakana indikasi dari penurunan trombosit.

Pengobatan

Anjing boni dilakukan tindakan operasi jahit luka dan perawatan pasca operasi selama 11 hari sampai lukanya sembuh. Selama rawat inap boni diberikan terapi infus NaCL 2 botol sehari selama 5 hari, antibiotik injeksi selama 7 hari, analgesik injeksi selama 5 hari, antiperdarahan injeksi selama 5 hari, deuretik injeksi selama 5hari, vitamin injeksi selama 7 hari. Setelah 7 hari anjing boni diberikan terapi antibiotik oral dan vitamin oral.

Kondisi boni pasca operasi mengalami pemulihan yang cukup lama, karena mau makan sendiri tanpa disuap kalau makan dari yang disediakan pemilik, sedikit agresif saat lukanya diobatin dan jahitan dekat lipatan leher agak lama kering.


Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya vulnus morsum dari gigitan anjing perlu dilakukan mengajak anjing peliharaan bermain ke wilayah yang aman. Dan pengecekan situasi lingkungan apakah lingkungan merupakan banyak anjing yang tidak agresif sebelum mengajak anjing peliharaan bermain keluar rumah.

Kesimpulan

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan hematologi darah dapat disimpulkan anjing boni terdiagnosa vulnus morsum dengan prognosa dibius – fausta. Penanganan yang dilakukan adalah operasi jahit lukaa. Pengobatan yang diberikan infus NaCL, injeksi antibiotik, injeksi analgesik, injeksi antiperdarahan, injeksi deuretik dan injeksi vitamin pada 1 minggu pertama, kemudian diberikan antibiotik dan vitamin oral sampai hari ke 11.