Rabu, 08 Agustus 2018

Mengenal Kutu Anjing & Kucing, Pencegahan & Pengobatannya

Disusun oleh Nur Fitria Ramadhani
Mahasiswa PKL Fak. Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Malang

Pet Lovers pasti akan pusing kalau hewan kesayangannya terkena kutu, karena kutu sangat merugikan seperti membuat bulu rontok, gatal, bau, dan keropeng di kulit yang akan membuat hewan kesayangan kita tidak enak dipandang, dan tentunya juga akan membutuhkan biaya yang lebih untuk menghilangkan kutu-kutu tersebut. Tetapi sebenarnya kutuan itu penyebabnya bukan hanya kutu saja, tapi ada berbagai macamnya seperti tungau, caplak, pinjal dan tentunya kutu.

Pada Artikel  ini akan dibahas berbagai Ektoparasit yang biasanya menyerang hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, penanganan ektoparasit, dan pencegahannya. Sebelum itu akan dibahas berbagai jenis ektoparasit yang dapat menyerang hewan kesayangan.

A.  Tungau (Mite)
Tungau merupakan binatang yang sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh mata. Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang bersama-sama dengan caplak, menjadi anggota superordo Acarina.  Tungau ini tidak bisa dilihat oleh mata oleh sebab itu diperlukan bantuan mikroskop dalam pemeriksaannya.

Tungau sangat senang bersembunyi dan membuat terowongan di kulit, sehingga menyebabkan kegatalan yang luar biasa. Tungau dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Scabies, Demodecosis, Otitis, dan lain-lain.P


Berikut ini beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh tungau yaitu:
 
1.  Scabies
Scabies atau sering disebut penyakit kudis atau budug merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai pada hewan yang dapat menimbulkan kerusakan kulit, serta sangat mempengaruhi penampilan tubuh hewan. Penyakit ini pada anjing, kucing, dan kelinci biasanya disebabkan oleh tungau  Sarcoptes scabiei. Biasanya tungau akan menyerang daerah yang berambut jarang, seperti telinga, wajah, siku, jari, mulut, dan daerah sekitar alat kelamin. Scabies akan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa sehingga hewan yang terserang akan menggaruk atau menggesek tubuhnya. Cairan yang dihasilkan oleh penyakit Scabies akan merembes keluar kulit kemudian mengering membentuk sisik atau keropeng pada permukaan kulit. Sisik ini akan menebal dan selanjutnya terjadi keratinisasi serta proliferasi jaringan ikat. Daerah sekitar yang terinfestasi parasit ini akan berkerut dan tidak rata. Rambut kulit pada daerah ini akan menjadi jarang bahkan hilang sama sekali.
Sarcoptes scabiei
2. Demodecosis
Infeksi parasit yang menyebabkan penyakit kulit yang parah salah satunya disebabkan oleh tungau Demodex. Demodex menyebabkan infeksi yang dikenal sebagai Demodecosis, bentuk tungau ini  sangat khas yaitu  seperti wortel jika dilihat dibawah mikroskop . Demodex secara alami berada di kulit namun pada kondisi tubuh yang baik tdak akan menyebabkan outbreak Demodex yang akan menimbulkan masalah pada kulit. Infeksi Demodex akan menimbulkan gejala gatal, kebotakan, lepuh pada kulit, dan yang paling parah adalah timbulnya nanah akibat infestasi bakteri.

Demodex sp.



3. Otitis
Otitis merupakan penyakit radang pada telinga yang salah satu penyebabnya adalah infeksi tungau telinga (ear mite) yaitu Otodectes cynotis. Otitis dapat ditandai dengan kotoran telinga (ear wax) yang berlebihan, bau, saluran telinga bengkak  dan memerah, hewan sering menggaruk dan menggelengkan kepalanya, nyeri disekitar telinga dan lain-lain. Meskipun tampak remeh Otitis dapat berakibat fatal, tidak hanya pada organ pendengaran tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ keseimbangan tubuh jika Otitis tersebut tidak segera ditangani. Hal ini disebabkan oleh infeksi yang sudah menjalar ke bagian telinga bagian dalam. Sama seperti manusia , di bagian telinga dalam terdapat alat atau organ pengatur keseimbangan. Dengan demikian jika bagian dalam terinfeksi, organ tersebut tidak berfungsi secara normal dan berakibat pada terganggunya keseimbangan.
Otodectes cynotis


B. Caplak (Tick)

Caplak bersama dengan tungau masuk ke dalam anggota superordo Acarina. Caplak pada umumnya mempunyai ciri-ciri sama dengan tungau yaitu berkaki delapan, namun caplak berukuran lebih besar daripada tungau dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Caplak merupakan penghisap darah dan vektor pembawa berbagai penyakit.

 Salah satu caplak yang biasanya menyerang hewan adalah Rhipicephalus sanguineus, caplak ini ditemukan pada anjing, bentuknya pipih, namun ketika terisi penuh darah akan berbentuk bulat dan terlihat jelasdengan mata. Caplak yang menghisap darah hanya caplak betina, karena caplak betina membutuhkan darah untuk bertelur. Caplak betina yang sudah kenyang akan jatuh ke permukaan tanah yang berumput kemudian akan menetaskan telurnya. telur akan berubah menjadi larva dan nimfa lalu berkembang menjadi dewasa. Saat dewasa caplak akan menempel pada anjing ketika anjing sedang bermain di rerumputan.

Caplak merupakan parasit yang dapat menyebabkan kegatalan, namun selain itu caplak ini membawa parasit yang hidup di darah merah yaitu Babesia dan Erhlichia. Parasit darah tersebut sangat merugikan karena dapat menyebabkan anemia pada anjing. Manuasia pun dapat tergigit oleh caplak ini. Tidak disarankan juga untuk membunuhnya caplak langsung karena akan menyebarkan telur ke lingkungan, namun perlu menyediakan tabung dengan alkohol 70% lalu caplak dimasukkan ke dalam tabung tersebut kemudian ditutup rapat. Gigitan caplak pada manusia dapat menyebabkan Rocky Mountain Spotted  Fever (Demam disertai bintik). Beberapa caplak yang dapat menyerang anjing dan kucing ialah Rhipichepalus sanguineus, Dermacentor sp., dan Ixodes sp.

 

Caplak Rhipichepalus Sanguineus (Kiri)  & Infestasi Caplak (Kanan)
C. Kutu

Kutu adalah insekta yang tubuhnya pipih dorso-ventral, memiliki 6 (3 pasang) kaki, tidak bersayap, bersifat hospes spesifik (hanya bisa hidup pada hospes  tertentu) dan umumnya pada tempat yang tertentu pula. Kutu dapat dibedakan menjadi : (1) kutu penggigit (“bitting lice”) yang kepalanya besar dan melebar, memakan epidermis kulit, remukan bulu, sisik bulu, kerak kulit dan sedimen yang mengering dan (2) kutu penghisap (“sucking lice”) dengan bentuk kepala yang kecil dan meruncing, makanannya adalah darah atau cairan.
 
Kutu yang menginfeksi anjing dan kucing biasanya adalah Felicola subrotatus, Trichodectes canis, serta Linognathus setosus. Kutu ini akan menimbulkan kegatalan pada kulit anjing dan kucing, biasanya muncul karena perawatan yang kurang baik.
 
Trichodectes canis

D. Pinjal

Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Pinjal sedikit menyerupai kutu memiliki 3 pasang kaki, yang membedakan adalah tubuh pinjal pipih laterolateral dan memiliki kaki belakang yang panjang untuk melompat. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu. 

Pinjal yang sering menyerang anjing dan kucing adalah Ctenocephalides canis (anjing)  dan Ctenocephalides felis (kucing). Pinjal ini senang bertelur pada daerah yang berserat seperti karpet, maupun kursi. Pinjal akan bertelur dan berkembang pada karpet, kursi, kasur, dan permukaan yang lembab kemudian setelah 2-5 hari telur akan menetas menjadi larva, larva akan berkembang menjadi pupa, lalu menjadi dewasa. Saat dewasa pinjal akan meloncat ke tubuh anjing maupun kucing, lalu siklus hidupnya berulang. Siklus hidup ini akan berlangsung selama 2 minggu hingga beberapa bulan. Pinjal menggigit anjing atau kucing kemudian akan menyebabkan alergi yang ditanda dengan gatal. Gatal yang berlebih akan menyebabkan iritasi dan akhirnya akan lebih parah dan terlihat terdapat lecet serta bernanah dikarenakan infeksi bakteri.

 

Ctenocephalides felis
Setelah tahu jenis-jenis dari ektoparasit yang biasanya menyerang anjing dan kucing sangat penting bagi pemilik untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan dari penyakit yang dapat disebabkan oleh ektoparasit. Pencegahan dan pengobatan sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan ektoparasit ke hewan yang lain. Berikut ini pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ektoparasit:

1.    Cara pencegahan dan pemberantasan infestasi ektoparasit  pada anjing dan kucing
  • Shampoo dan bedak anti kutu, cukup efektif untuk memberantas ektoparasit dalam jumlah yang sangat sedikit
  • Collar (kalung anti kutu), baik digunakan untuk pencegahan agar anjing dan kucing terhindar dari kutu
  •  Membatasi anjing dan kucing bermain di tempat-tempat kotor seperti  di  rumput atau di tanah
  • Selalu menjaga kebersihan lingkungan terutama kandang dan area bermain
2.    Pengobatan yang dapat dilakukan untuk memberantas ektoparasit
a.    Suntikan Antiparasit
Beberapa orang salah kaprah menyebutkan suntikan ivermectin sebagai suntikan jamur. Sesungguhnya ivermectin tidak bisa membasmi jamur. Ivermectin biasanya digunakan sebagai obat untuk  membasmi cacing dan ektoparasit. Seperti halnya obat lain, Ivermectin hanya membunuh cacing/kutu dewasa namun tidak membunuh telurnya. Oleh karena itu dibutuhkan sekurang-kurangnya 3 kali suntikan Ivermectin dengan jarak 3-4 minggu. Injeksi Ivermectin harus dikerjakan dengan hati-hati pada kucing dengan usia kurang dari 4 bulan. Suntikan Ivermectin tidak disarankan pada hewan dengan umur kurang dari 2 bulan, sebab Ivermectin dapat mengakibatkan keracunan serta mengganggu perubahan ginjal. Ivermectin juga tidak dianjurkan untuk diberikan kepada ras-ras yang sensitif seperti ras anjing Collie. Idealnya Ivermectin sebagai obat kutu kucing diberikan apabila ditemukan kutu atau telur kutu atau apabila dianjurkan oleh dokter hewan.

b.   Obat Tetes dan Spray
Terdapat beberapa obat kutu kucing berbentuk tetes dan spray yang dapat digunakan sebagai obat kutu seperti Accurate, Revolution, dan Frontline. Obat tetes umumnya diteteskan di kulit pangkal kepala di bagian belakang, dimana hewan tidak dapat menjilat sisi tersebut. Obat kutu tetes cukup efisien membasmi kutu/pinjal sepanjang 1 bulan, dan biasanya disarankan pemakaian selama 3 bulan berturut-turut untuk membunuh ektoparasit dengan tuntas. Untuk  pencegehan pemberian obat kutu tetes bisa dilakukan sebanyak 2-3 kali setahun. Namun pemberian obat kutu tetes tidak  disarankan untuk hewan yang berusia dibawah 2 bulan.

c.    Shampoo Anti Kutu
Shampoo anti kutu sebagai obat kutu merupakan pilihan obat kutu yang dapat digunakan pada hewan yang berusia kurang dari 2 bulan yang belum bisa diobati dengan obat kutu yang lain. Ketika memandikan, baiknya shampoo dipakai 2x. Agar permasalahan ektoparasit tuntas sebaiknya mandi shampoo sebagai obat kutu diulang setiap dua minggu. Untuk pencegahan, mandi shampoo bisa dilakukan 1 bulan sekali.
 
Akhir kata selalu konsultasikan ke dokter hewan jika anjing atau kucing kita terdapat ektoparasit atau masalah kulit dan rambut ya pet lovers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar