BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
|
Ilustrasi Dokter Hewan Sedang Memeriksa Seekor Anjing |
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaana akan dicatat dalam rekam medis. Rekammedis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberap ates khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
1.2 Rumusan Masalaha. Bagaimana cara pemeriksaan fisik secara umum pada hewan kecil ?
1.3 TujuanTujuan umum pemeriksaan fisik yaitu :
Untuk memperoleh informasi mengenai status kesehatan pasien.
Untuk mengidentifikasi status “normal”
Untukmengetahui adanya variasi dari keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan klien dan gejala-gejala pasien.
1.4 ManfaatManfaat pemeriksaan fisik yaitu :
a. Hasil dari auskultasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan keluhan klien dijadikan sebagai catatan/rekam medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan-temuan klinis yang kemudian akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan diagosa klinik
(Raylene M Rospond, 2009; terj. D Lyrawati, 2009)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep TeoriTata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan dengan alat dignostik lain (Widodo, 2011)
Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi (Widodo, 2011).
Melihat, membau, dan mendengar penting untuk pemeriksaan fisik. Dokter hewan yang baik menghindari membuat keputusan diagnosa berdasarkan data turunan dari laboratorium yang melewatkan pemeriksaan fisik karena korelasi semua data relevan untuk determinasi diagnosa yang tepat.Ketika memungkinkan, suhu dan berat badan hewan seharusnya dicatat sebelum dokter hewan masuk ruang pemeriksaan. Hal ini dilakukan oleh kooperator yang berkesempatan untuk komunikasi dengan pemilik hewan atau klien, mengumpulkan informasi yang berhubungan, catat perubahan berat, dan identifikasi pemilik hewan atau klien.Ini adalah kesempatan yang baik bagi kooperator untuk mencatat obat yang baru saja diberikan, penggunaan agen profilaksis (misal untuk cacing hati dan kutu), status vaksinasi hewan, dan status reproduksinya (misal mandul, normal, atau siklus birahi terakhir).Pemeriksaan fisik mulai ketika dokter hewan memasuki ruang pemeriksaan. Dokter klinik harus melihat kenampakan umum tentang hewan (Ettinger, 2010).
Tatacara atau tata urut dapat juga disebut sebagai tahapan yang dipakai untuk menentukan atau mengenali gejala-gejala penyakit adalah bervariasi. Pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan menggunakan catur indra pemeriksa , yakni dengan penglihatan,perabaan,pendengaran, serta penciuman. Adapun teknik- teknik pemeriksaan sebagai berikut :
a. Inspeksi Inspeksi atau peninjaun atau pemantauan dapat dilakukan dengan cara melihat hewan atau asien secara keseluruhan dari jarak pandang secukupnya sebelum hewan di dekati untuk suatu pemeriksaan lanjut. Yang diinspeksi adalah permukaan luar dari badan hewan dari daerah kepala ,lehaer ,badan samping kiri dan kanan, belakang dan kaki/ekremitas,aspek kulit ,aspek rambut ,orifisim eksternum mulut, anus, vulva, vagina atau preputium.
b. Palpasi atau perabaan Pemeriksaan permukaan luar ragawi dapat dilakukan dengan cara palpasi atau perabaan dengan tangan. Di setiap bagian-bagian ragawi baik bagian tengkorak, leher, bagia rongga dada atau thoraks, bagian perut atau abdomen,bagian panggul atau pelvis dan alat gerak atau ekterimitas dapat dinilai kualitasnya dengan cara palpasi. Untuk ragawi bagian luar dapat di periksa adanyapalpus-palpus arteria subkutanea, kelenjar getah bening atau limponodus, trakea, pertulangan dada(ossa costae), lekuk pertulngan kaki-kaki, dan konformitas tulang dahi dengn mudah di palpasi. Palpasi demikian disebut perabaan permukaan atau perabaan superfacialis.Namun demikian sebagian organ hanya dapat dipalpasi dengan lebih intensif untuk mendapatkan hasilnya.Palpasi demikian disebut palpasi dalam atau palpasi profundal.Contoh palpasi profundal yaitu untuk mendapatkan ada tidaknya batuk dilakukan penekanan menggunakan telapak tangan di daerah trakea sepertiga atas ragio cervikalis atau menekan tulang-tulang costae kiri dan kanan secara bersamaan.
c. Perkusi atau mengetukPrinsip perkusi adalah mengetuk atau memukul alat untuk mengeluarkan denting atau gema. Pada pemeriksaan dengan cara perkusi ini adalah mendengarkan pantulan gema yang di timbulkan oleh alat pleximeter yang di ketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa. Perkusi di arahkan atau di letakan pada bidang datar di atas daerah yang dipenuhi udara pada bagian bawahnya.Daerah yang banyak ditemukan udara di bawahnya adalah sinus-sinus hidung, rongga dada sepertiga bagian atas, rongga dada sepertiga bagain bawah, daerah abdomen bagian mesogastrikus, serta daerah abdomen bagian usus-usus kecil.Pantulan balik gema yang diperoleh dari hasil ketukan di bandingkan terhadap denting atau gema ketukan yang ditimbulkan oleh pleximeter.Pantulan balik gema dapat meredu atau dapat nyaring di pertinggi jika dibandingkan terhadap gema perkusi.
d. Auskultasi atau mendengarkan Melakukan auskultasi adalah mendengarkan suara yang ada yang ditimbulkan oleh kerja organ aik pada saat baik fungsional, maupun pada kasus-kasus tertentu.Pronsip penggunaan alat auskultasi adalah mendengarkan suara yang di timbulkan oleh aktivitas organ ragawi kemudian di evaluasi untuk mendapatkanketerangan kejadian pada organ yang mengeluarkan organ tersebut. Auskultasi dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu telinga diletakan di atas daerah atau organ yang di duga mengeluarkan suara yang dimaksud, atau dengan car tidak langsung dengan menggunakan stoteskop. Auskultasi secara langsung tersebut masih dijalankan oleh para dokter hewan atau pemeriksa bahkan beberapa tempat di idonesia di mana tidak tersedia stoteskop.Kepekaan telinga dokter menjadi andalan untuk melakukan evaluasi kualitas dan kuantits hasi auskultasi.Secara prinsip pada pemeriksaan tidak langsung ujung objek pada alat stoteskop di lapisi membrane yang bertujuan untuk memfokuskan atau mengumpulkan gelombang suara (vibrasi) yang timbul dari daerah yang di curigai, diteruskan oleh slang khusus yang tidak memecah atau mengurai suara sampai diterima telinga pemeriksa melalui slang satunya. Suara yag dapat ditangkap pada saat melakukan auskultasi dapat berasal dari gerak paru-paru pada saat inspirasi maupun ekspirasi, suara katup-katup jantung, suara peristaltic lambung,dan suara peristaltic usus-usus.
e. Mencium atau membauiPemeriksaan fisik hewan dengan cara mencium atau membaui ini dimaksudkan untuk megetahui perubahan aroma atau bau yang ditimbulkan atau di keluarkan dari lubang umblah hewan yang nantinya akan dapat menuntun pemeriksaan hewan pada kejadian penyakit tertentu.
2.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum yang meliputi; Inspeksi diantaranya melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Diusahakan agar hewan tenang dan tidak curiga kepada pemeriksa.Inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala arah dan keadaan sekitarnya.Diperhatikan pula ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara hewan.(Fowler. 2008).
Pulsus, temperatur dan nafas
Pulsus diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial femur (normal: 92-150/menit). Nafas diperiksa dengan cara menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya dengan cara melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-abdominal dan menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian hidung (normal: 26-48/menit) ). (Fowler. 2008). Temperatur diperiksa pada rectum dengan menggunakan termometer (normal: 38,0 ‘C-39,5;C). dan suhu normal pada anjing besar (38,0 ‘C- 38,5’C), anjing kecil (38,5 ‘C – 39,5 ‘C). (Jaksch & Glawisching,1981)
Selaput lendir Conjunctiva diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja kelopak mata bawah. Penampakan conjunctiva pada hewan tampak pucat. Membran mukosa yang tampak anemia (warna pucat) dan lembek merupakan indikasi anemia.Intensitas warna conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis dan kongesti pulmo akut.Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau sistem respirasi.Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi petechial menyebabkan hemoragi purpura (Fowler. 2008).
Sistem Pencernaan Pakan atau minum diberikan untuk melihat nafsu makan dan minum.Kemudian dilihat juga keadaan abdomen antara sebelah kanan dan kiri. Mulut, dubur, kulit sekitar dubur dan kaki belakang juga diamati, serta caradefekasi dan fesesnya. (Fowler. 2008).
1) Mulut, Pharynx, dan OesophagusMulut hewan dibuka dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam mulut, dan dilakukan inspeksi.Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa seperti bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigi-geligih serta kemungkinan adanaya lesi, benda asing, perubahan warna, dan anomali lainnya.Oesophagus dipalpasi dari luar sebelah kiri dan pharynx.(Fowler. 2008).
2) AbdomenInspeksi dilakukan pada abdomen bagian kiri dan kanandengan memperhatikan isi abdomen yang teraba serta dilakukan auskultasi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui peristaltik usus.Lakukan pula eksplorasi dengan jari kelingking, perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya benda asing atau feses yang keras.(Fowler. 2008).
Sistem Pernafasan Adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hick-up, frekuensi dan tipe nafasnya perlu diperhatikan.(Fowler. 2008).
1) HidungPerhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, rabalah suhu lokal dengan menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung.Serta lakukanlah perkusi pada daerah sinusfrontalis.(Fowler. 2008).
2) Pharynx,Larinx, TrakeaDilakukan palpasi dari luar dengan memperhatikan reaksi dan suhunya, perhatikan pula limfoglandula regional, suhu, konsistensi, dan besarnya, lalu bandingkan antara limfoglandula kanan dan kiri.(Fowler. 2008).
3) Rongga dadaPerkusi digital dilakukan dengan membaringkan kucing pada alas yang kompak, dan diperhatikan suara perkusi yang dihasilkan.Palpasi pada intercostae lalu perhatikan adanya rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis.(Boddie. 1962).
Sistem Sirkulasi Diperhatikan adanya kelainan alat peredaran darah seperti anemia, sianosis, edema atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah hewan.Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri). Perhatikan pula adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa pada 1/3 bawah leher.(Boddie. 1962).
Sistem Limphatica Dilakukan inspeksi, untuk mengetahui kemungkinan adanya kebengkakan padalimfoglandula.Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada kucing yaitu; lgl.submaxillaris, lgl. parotidea, lgl. retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl. cervicalis medius, lgl. cervicalis caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada betina disebut lgl. supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis. Palpasi dilakukan di daerah limfoglandula, dengan cara memperhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simetrinya kanan dan kiri (Boddie. 1962).
Sistem Lokomotor Perhatikanlah posisi, cara berdiri dan berjalan hewan. Periksalah musculi dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri.Serta melakukan palpasi.Perhatikan pula suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan.Pemeriksaan tulang seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Persendian diperiksa dengan cara inspeksi cara berjalan dan keadaan persendian, lakukanlah palpasi apakah ada penebalan, cairan (pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea) (Boddie. 1962).
Organ Uropoetica Perhatikan sikap pada waktu kencing.Amati air seni (kemih) yang keluar, perhatikan warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya). Ginjal anjing dilakukan palpasi pada daerah lumbal, cari ginjal.Pada kucing dipalpasi dengan rongga perut, ginjal kucing menggantung seperti kue bakpia atau mainan yoyo.Perhatikan reaksi, besar, konsistensi dan simetrinya. Vesica urinaria; palpasi rongga perut pada waktu isi, kosongkan dengan kateter, palpasi pada keadaan kosong dari kemih, raba kemungkinan adanya benda asing (batu, tumbuh ganda) atau adanya pembengkakan/penebalan dinding vesicaurinaria.
BAB III
KESIMPULAN
Pemeriksaa umum harus didahului dengan melakukan sinyalmen dan anamnesa dengan keterangan dari klien. Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung. Sebelum melakukan diagnosoa pemeriksaan fisik sangat dibutuhkan untuk menentukan kondisi tubuh pasien yang sedang diperiksa dalam keadaan normal tau abnormal dan hasil dari pemeriksaan umum akan dijadikan pemtimbangan untuk menentukan penyakit pasien.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab dari penyakit. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalud ilakukan pertama kali.
DAFTAR PUSTAKA
Boddie., G.F. 1962. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Fowler, Murray E. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic Animals 3rd Ed. UK: Wiley-Blackwell Publishing
Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.