Disusun oleh: Elfrida
Martogi Simbolon,
Mahasiswi Mangang di Awal Care asal Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
Penyakit
virus pada kucing sangatlah mematikan. Sampai saat ini, belum ditemukan
pengobatan untuk kucing yang terserang penyakit virus. Lebih baik mencegah
daripada mengobati. Ada banyak virus yang dapat menyerang kucing, salah satunya
adalah Feline panleukopenia virus.
Mahasiswi Mangang di Awal Care asal Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
Rapid Test & Seekor Kucing yang Terinfeksi |
Apa itu Feline Panleukopenia?
F
|
eline Panleukopenia Virus (FPV) merupakan penyakit
menular pada sesama kucing dengan nama lain: Feline distemper, Infectious
enteritis, Cat fever, dan Cat typhoid. FPV menyerang segala umur kucing dan pada
kasus yang parah, menyebabkan kematian kucing 75% terutama pada anak kucing. Anak kucing, kucing sakit, dan kucing rumahan
(paling sering terlihat pada kucing 3-5 bulan usia) yang tidak divaksin akan
lebih rentan tertular dibandingkan dengan kucing tua yang biasanya lebih tahan
karena mempunyai kekebalan bawaan atau sudah berulang kali terinfeksi.
FPV
itu sendiri merupakan penyakit fatal pada kucing muda yang hampir sama seperti
distemper pada anjing. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari Famili
Parvoviridae yang menyerang jaringan pembentuk darah, limfe, dan mukosa organ
gastro intestinal sehingga menyebabkan penurunan jumlah leukosit dan enteritis.
Virus ini banyak ditemukan pada urin dan feses, tetapi penularan dari kucing ke
kucing selain melalui fecal-oral dapat juga melalui muntahan, urin, leleran
mata ataupun leleran hidung.
Penularan FPV
K
|
ucing bisa menularkan
virus FPV dalam urin, tinja, leleran hidung, dan infeksi yang bersentuhan dengan
darah, urine, tinja, hidung sekresi, atau bahkan kutu dari kucing yang
terinfeksi. Virus FPV dapat bertahan sampai untuk satu tahun di lingkungan,
sehingga kucing sehat sering terinfeksi meskipun tanpa adanya kontak langsung
dengan kucing yang terinfeksi. Kandang, wadah makanan, dan tangan atau pakaian
orang yang menangani kucing yang terinfeksi dapat menjadi agen pembawa virus ke
kucing yang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengisolasi kucing yang
terinfeksi karen virus FPV sulit untuk dihancurkan dan tahan terhadap berbagai
desinfektan.
Gejala Klinis
G
|
ejala klinis penyakit
FPV adalah demam yang sangat tinggi, anoreksia, diare, dehidrasi atau penurunan
jumlah sel darah putih yang sangat tajam. Pada anak kucing yang baru lahir
virus menyerang perkembangan cerebellum sehingga menyebabkan neurogical abnormalitas.
Diagnosa FPV
D
|
iagnosis penyakit FPV
dapat dilakukan berdasarkan sejarah penyakit, gejala klinis, isolasi dan identifikasi
virus serta pemeriksaan serologik. Virus FPV dapat tumbuh secara efisien pada biakan
sel lestari ginjal, organ paru-paru, lidah kucing dibandingkan dengan pada
biakan sel lain seperti yang berasal dari biakan sel organ anjing.
Pemeriksaan
serologik untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi terhadap virus FPV di dalam
serum, pada saat ini sering menggunakan teknik haemagglutinationinhibition (HI)
dan atau menggunakan serum neutralization test (SNT) teknik mikro.
Belakangan ini pemerksaan virus ini jadi lebih mudah, karena telah tersedia test kit yang memerlukan waktu lebih sedikit untuk menentukan diagnosa terhada Virus ini. Pengambilan sedikit sample feses (BAB) hewan yang dicurigai terinfeksi virus ini, maka dalam hitungan menit kuran dari 10 menit akan menunjukan hasil positif atau tidak dengan akurasi 90%.
Bagaimana
Penanganannya?
K
|
emungkinan pemulihan
dari FPV untuk anak kucing yang terinfeksi berusia kurang dari delapan minggu
adalah rendah. Kucing yang lebih tua memiliki kesempatan lebih besar untuk
bertahan hidup jika pengobatan yang memadai sejak awal karena tidak ada obat
yang mampu membunuh virus. Rawat inap dan pengobatan sangat penting untuk
menunjang kesehatan kucing dengan obat-obatan dan cairan sampai sistem
kekebalan tubuh dapat melawan virus. Tanpa perawatan pendukung tersebut,
kemungkinan 90% dari kucing yang terserang FPV bisa mati.
Setelah
kucing didiagnosis dengan FPV, dilakukan pemberian cairan untuk memperbaiki
dehidrasi, memberikan nutrisi, dan mencegah infeksi sekunder. Meskipun
antibiotik tidak membunuh virus, namun tetap diperlukan karena kucing yang
terinfeksi memliki risiko yang lebih tinggi dari infeksi bakteri karena sistem
kekebalan tubuh mereka rendah (menurunnya sel darah putih).
Jika
kucing bertahan selama lima hari, kemungkinan untuk sembuh sangat tinggi. Isolasi yang ketat dari kucing terinfeksi
diperlukan untuk mencegah penyebaran virus. Kucing sehat yang mungkin telah
melakukan kontak dengan kucing yang terinfeksi, atau kontak dengan benda-benda
atau orang-orang yang berada di dekat kontak dengan kucing sakit, harus
dipantau untuk setiap tanda-tanda penyakit.
Bagaimana pencegahan
FPV?
K
|
ucing yang bertahan
hidup setelah terinfeksi mengembangkan kekebalan dari FPV untuk sisa hidup
mereka. Pada kucing yang belum pernah terinfeksi, dapat divaksin guna mencegah
tertular dari penyakit FPV. Pada anak kucing, imunitas temporer diterima melalui
transfer antibodi dalam kolostrum susu pertama oleh induknya. Ini disebut "Imunitas
pasif" melindungi anak-anak kucing dari infeksi tergantung pada tingkat
antibodi pelindung yang dihasilkan oleh ibu. Imunitas ini berlangsung tidak lebih
dari 12 minggu.
Vaksinasi FPV
H
|
anya ada satu
serotipe dari FPV, dan vaksin umumnya sangat efektif dalam mencegah penyakit.
Modivied-Live (ML) dan vaksin adjuvanted inaktif, juga ML vaksin intranasal
dipasarkan di beberapa negara.
Secara
umum, onset perlindungan muncul 1-3 minggu setelah vaksinasi kedua, dan
vaksinasi ulang dilakukan setelah 1-3 tahun. Imunitas natural setelah infeksi
virus virulen adalah seumur hidup, injeksi vaksin FPV menginduksi kekebalan
setidaknya untuk tiga hingga tujuh tahun. Apakah ML vaksin intranasal FPV
menawarkan lebih onset cepat perlindungan dari pada injeksi vaksin ML masih
belum jelas. Studi serologis telah menunjukkan tidak adanya perbedaan antara
kedua rute tersebut dari titer antibodi pasca vaksinasi.
Vaksinasi
terhadap panleukopenia dianggap inti. Maternally
derivied antibody (MDA) dapat mengganggu imunisasi karena titer antibodi
yang tinggi selama periode neonatal, dan anak kucing akan beresiko terinfeksi
pada periode antara memudarnya MDA dan vaksin. Titer MDA umumnya berkurang
untuk memungkinkan imunisasi pada usia 8-12 minggu. Namun, ada beberapa variasi
antara individu, pada beberapa anak kucing tidak memiliki atau memiliki kadar
MDA yang rendah pada usia 6 minggu, dan sebagian lainnya gagal untuk menanggapi
vaksinasi akhir yang diberikan pada usia 12-14 minggu. Dalam beberapa kasus,
MDA dapat berlangsung lebih lama. Oleh karena variabilitas ini, seri awal
vaksinasi harus dimulai pada usia 6-8 minggu dan diulang setiap 3-4 minggu
(atau 2-3 minggu di tempat penampungan) sampai usia 16-20 minggu. Namun, di
beberapa negara, vaksin hanya diizinkan untuk digunakan pada usia 8-9 minggu.
Vaksinasi ulang harus dilakukan pada usia 1 tahun setelah anak kucing
vaksinasi. Setelah itu, kucing harus divaksinasi sekali setiap 3 tahun.
Referensi
American Veterinary Medical Association., Cornell Feline Health Center.
2013. Feline panleukopenia.
<www.avma.org>, < www.vet.cornell.edu/FHC>
[diakses tanggal 30 Januari 2017]
Ford, Richard B., Gaskell, Rosalind M., Hartmann, Katrin., Hurley, Kate
F., Lappin, Michael R., Levy, Julie K., Little, Susan E., Nordone, Shila K.,
Scherk, Margie A., Sparkes, Andrew H. 2013. Disease
Information Fact Sheet Feline panleukopenia. Journal of Feline Medicine and
Surgery Volume 15, pp 785–808