Senin, 13 Februari 2017

Feline Panleukopenia Virus (FPV)

Disusun oleh: Elfrida Martogi Simbolon, 
Mahasiswi Mangang di Awal Care asal Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya

Rapid Test & Seekor Kucing yang Terinfeksi
Penyakit virus pada kucing sangatlah mematikan. Sampai saat ini, belum ditemukan pengobatan untuk kucing yang terserang penyakit virus. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Ada banyak virus yang dapat menyerang kucing, salah satunya adalah Feline panleukopenia virus.

Apa itu Feline Panleukopenia?
F
eline Panleukopenia Virus (FPV) merupakan penyakit menular pada sesama kucing dengan nama lain: Feline distemper, Infectious enteritis, Cat fever, dan Cat typhoid. FPV menyerang segala umur kucing dan pada kasus yang parah, menyebabkan kematian kucing 75% terutama pada anak kucing.  Anak kucing, kucing sakit, dan kucing rumahan (paling sering terlihat pada kucing 3-5 bulan usia) yang tidak divaksin akan lebih rentan tertular dibandingkan dengan kucing tua yang biasanya lebih tahan karena mempunyai kekebalan bawaan atau sudah berulang kali terinfeksi.
FPV itu sendiri merupakan penyakit fatal pada kucing muda yang hampir sama seperti distemper pada anjing. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari Famili Parvoviridae yang menyerang jaringan pembentuk darah, limfe, dan mukosa organ gastro intestinal sehingga menyebabkan penurunan jumlah leukosit dan enteritis. Virus ini banyak ditemukan pada urin dan feses, tetapi penularan dari kucing ke kucing selain melalui fecal-oral dapat juga melalui muntahan, urin, leleran mata ataupun leleran hidung.

Penularan FPV
K
ucing bisa menularkan virus FPV dalam urin, tinja, leleran hidung, dan infeksi yang bersentuhan dengan darah, urine, tinja, hidung sekresi, atau bahkan kutu dari kucing yang terinfeksi. Virus FPV dapat bertahan sampai untuk satu tahun di lingkungan, sehingga kucing sehat sering terinfeksi meskipun tanpa adanya kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi. Kandang, wadah makanan, dan tangan atau pakaian orang yang menangani kucing yang terinfeksi dapat menjadi agen pembawa virus ke kucing yang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengisolasi kucing yang terinfeksi karen virus FPV sulit untuk dihancurkan dan tahan terhadap berbagai desinfektan.

Gejala Klinis
G
ejala klinis penyakit FPV adalah demam yang sangat tinggi, anoreksia, diare, dehidrasi atau penurunan jumlah sel darah putih yang sangat tajam. Pada anak kucing yang baru lahir virus menyerang perkembangan cerebellum sehingga menyebabkan neurogical abnormalitas.

Diagnosa FPV
D
iagnosis penyakit FPV dapat dilakukan berdasarkan sejarah penyakit, gejala klinis, isolasi dan identifikasi virus serta pemeriksaan serologik. Virus FPV dapat tumbuh secara efisien pada biakan sel lestari ginjal, organ paru-paru, lidah kucing dibandingkan dengan pada biakan sel lain seperti yang berasal dari biakan sel organ anjing.
Pemeriksaan serologik untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi terhadap virus FPV di dalam serum, pada saat ini sering menggunakan teknik haemagglutinationinhibition (HI) dan atau menggunakan serum neutralization test (SNT) teknik mikro.
Belakangan ini pemerksaan virus ini jadi lebih mudah, karena telah tersedia test kit yang memerlukan waktu lebih sedikit untuk menentukan diagnosa terhada Virus ini. Pengambilan sedikit sample feses (BAB) hewan yang dicurigai terinfeksi virus ini, maka dalam hitungan menit kuran dari 10 menit akan menunjukan hasil positif atau tidak dengan akurasi 90%.

Bagaimana Penanganannya?
K
emungkinan pemulihan dari FPV untuk anak kucing yang terinfeksi berusia kurang dari delapan minggu adalah rendah. Kucing yang lebih tua memiliki kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup jika pengobatan yang memadai sejak awal karena tidak ada obat yang mampu membunuh virus. Rawat inap dan pengobatan sangat penting untuk menunjang kesehatan kucing dengan obat-obatan dan cairan sampai sistem kekebalan tubuh dapat melawan virus. Tanpa perawatan pendukung tersebut, kemungkinan 90% dari kucing yang terserang FPV bisa mati.
Setelah kucing didiagnosis dengan FPV, dilakukan pemberian cairan untuk memperbaiki dehidrasi, memberikan nutrisi, dan mencegah infeksi sekunder. Meskipun antibiotik tidak membunuh virus, namun tetap diperlukan karena kucing yang terinfeksi memliki risiko yang lebih tinggi dari infeksi bakteri karena sistem kekebalan tubuh mereka rendah (menurunnya sel darah putih).
Jika kucing bertahan selama lima hari, kemungkinan untuk sembuh sangat tinggi.  Isolasi yang ketat dari kucing terinfeksi diperlukan untuk mencegah penyebaran virus. Kucing sehat yang mungkin telah melakukan kontak dengan kucing yang terinfeksi, atau kontak dengan benda-benda atau orang-orang yang berada di dekat kontak dengan kucing sakit, harus dipantau untuk setiap tanda-tanda penyakit.

Bagaimana pencegahan FPV?
K
ucing yang bertahan hidup setelah terinfeksi mengembangkan kekebalan dari FPV untuk sisa hidup mereka. Pada kucing yang belum pernah terinfeksi, dapat divaksin guna mencegah tertular dari penyakit FPV. Pada anak kucing, imunitas temporer diterima melalui transfer antibodi dalam kolostrum susu pertama oleh induknya. Ini disebut "Imunitas pasif" melindungi anak-anak kucing dari infeksi tergantung pada tingkat antibodi pelindung yang dihasilkan oleh ibu. Imunitas ini berlangsung tidak lebih dari 12 minggu.

Vaksinasi FPV
H
anya ada satu serotipe dari FPV, dan vaksin umumnya sangat efektif dalam mencegah penyakit. Modivied-Live (ML) dan vaksin adjuvanted inaktif, juga ML vaksin intranasal dipasarkan di beberapa negara.
Secara umum, onset perlindungan muncul 1-3 minggu setelah vaksinasi kedua, dan vaksinasi ulang dilakukan setelah 1-3 tahun. Imunitas natural setelah infeksi virus virulen adalah seumur hidup, injeksi vaksin FPV menginduksi kekebalan setidaknya untuk tiga hingga tujuh tahun. Apakah ML vaksin intranasal FPV menawarkan lebih onset cepat perlindungan dari pada injeksi vaksin ML masih belum jelas. Studi serologis telah menunjukkan tidak adanya perbedaan antara kedua rute tersebut dari titer antibodi pasca vaksinasi.
Vaksinasi terhadap panleukopenia dianggap inti. Maternally derivied antibody (MDA) dapat mengganggu imunisasi karena titer antibodi yang tinggi selama periode neonatal, dan anak kucing akan beresiko terinfeksi pada periode antara memudarnya MDA dan vaksin. Titer MDA umumnya berkurang untuk memungkinkan imunisasi pada usia 8-12 minggu. Namun, ada beberapa variasi antara individu, pada beberapa anak kucing tidak memiliki atau memiliki kadar MDA yang rendah pada usia 6 minggu, dan sebagian lainnya gagal untuk menanggapi vaksinasi akhir yang diberikan pada usia 12-14 minggu. Dalam beberapa kasus, MDA dapat berlangsung lebih lama. Oleh karena variabilitas ini, seri awal vaksinasi harus dimulai pada usia 6-8 minggu dan diulang setiap 3-4 minggu (atau 2-3 minggu di tempat penampungan) sampai usia 16-20 minggu. Namun, di beberapa negara, vaksin hanya diizinkan untuk digunakan pada usia 8-9 minggu. Vaksinasi ulang harus dilakukan pada usia 1 tahun setelah anak kucing vaksinasi. Setelah itu, kucing harus divaksinasi sekali setiap 3 tahun.

Referensi
American Veterinary Medical Association., Cornell Feline Health Center. 2013. Feline panleukopenia. <www.avma.org>, < www.vet.cornell.edu/FHC> [diakses tanggal 30 Januari 2017]


Ford, Richard B., Gaskell, Rosalind M., Hartmann, Katrin., Hurley, Kate F., Lappin, Michael R., Levy, Julie K., Little, Susan E., Nordone, Shila K., Scherk, Margie A., Sparkes, Andrew H. 2013. Disease Information Fact Sheet Feline panleukopenia. Journal of Feline Medicine and Surgery Volume 15, pp 785–808