Sabtu, 26 Oktober 2024

Canine Parvo Virus (CPV)

 


Etiologi

Canine Parvo Virus (CPV) yang biasa dikenal dengan penyakit parvo, merupakan penyakit virus yang sangat menular pada anjing. Parvo sangat berpotensi sangat mematikan  terutama pada anak anjing dan anjing dewasa usia di bawah 20 bulan. Penyakit  ini menimbulkan  masalah gastroenteritis hingga komplikasi perdarahan pada usus. Penyakit parvo menyebar dari anjing ke anjing melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan kotoran yang terkontaminasi virus parvo.

Kejadian infeksi parvo bisa saja muncul secara cepat dan tiba tiba saat setelah anjing terpapar. Masa inkubasi parvo dalam tubuh anjing bisa berlangsung 3 sampai 8 hari. CPV ini menyerang sel – sel yang cepat membelah misalnya sel usus, sumsum tulang dan jaringan limpa dan menyebabkan terjadinya nekrosa kripta usus diikuti mukosa usus yang kollaps kemudian terjadi leukopenia dan limfopenia. Pada infeksi parah, 91% akan mengalami kematian dalam 24 hingga 72 jam jika tidak diberikan penanganan medis.

3 hingga 5 hari setelah infeksi, virus akan keluar melalui feses hingga 3 minggu, dan anjing bisa tetap menjadi pembawa virus tanpa gejala dan akan mengeluarkan virus tersebut secara berkala. Infeksi virus ini biasanya lebih mematikan jika inangnya terinfeksi cacing atau parasit usus lainnya. Sebelumnya, virus ini dianggap tidak mengalami infeksi lintas spesies. Namun, beberapa penelitian untuk strain yang berbeda ( CPV2) mengalami pergeseran mutasi dilaporkan dapat menginfeksi mamalia lain musang, rubah, dan kucing (berbeda dengan Feline Panleukopenia Virus). Kematian terjadi khususnya pada anak anjing disebabkan karena dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dan diikuti dengan syok endotoksik.

Anamnesa

Nama anjing : Brodi , ras : mix terrier, usia : tidak diketahui ( perkiraan dibawah 1 tahun), datang pada tanggal 24 September 2024 dibawa oleh pemilik setelah diperiksa dari klinik lain positif  CPV Ag  rapid test.

Pemeriksaan Fisik

Berat badan 5.60 Kg, suhu tubuh demam dengan temperatur 39.80C, mukosa atau selaput lendir pucat. Terlihat lemas dan badannya sedikit kotor saat diperiksa.

Gejala Klinis

Anjing dewasa maupun anak anjing yang terinfeksi parvo akan menunjukkan gejala yang bervariasi mulai seperti : menurunnya nafsu makan, mual hingga muntah, terlihat lesu dan lemah, demam terkadang juga hypothermia , diare hingga berdarah, serta dehidrasi.

Pada saat pemeriksaan anjing Brodi juga menunjukkan gejala depresi dan stres ditandai dengan sikap waspada dan tidak nyaman dengan menggeram dan memberikan perlawanan. Saat dilakukan pengecekan temperatur, terlihat adanya feces yang lembek kekuningan namun belum bercampur darah (belum kecoklatan)  Anak anjing dibawah 8 minggu yang terinfeksi terkadang tidak menunjukkan gejala dan tidak jarang ditemukan mati mendadak, CPV tipe ini menyerang jantung.

Diagnosis

Jika dilihat berdasarkan gelaja klinis, CPV atau penyakit parvo memiliki gejala yang hampir sama dengan penyakit gastroenteritis lain yang disebabkan oleh parasit, infeksi bakteri, dan infeksi virus lain seperti contoh corona virus. Pada masa sekarang, untuk penegakan diagnosa dapat menggunakan test rapid antigen CPV, namun untuk hasil yang lebih sensitif perlu dikonfirmasi dengan test PCR.

Pada kasus anjing Brodi, tidak dilakukan pemeriksaan Hematologi, karena pada saat pemerisaan pasien depresi serta ketakutan. Hanya berdasarkan hasil test Rapid yang sudah oleh pemilik.

Pengobatan dan Pencegahan

Dalam penanganan parvo, perlu dilakukan tindakan pengobatan berdasarkan simptomatis dan supportif.

·         Terapi cairan intravena (IV) diberikan untuk mengisi kembali cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah dan diare. Pemberian NaCl 0,9% 40 mg/kg BB per hari. Perlu pengawasan selama terapi cairan diberikan, menghindari terjadinya kelebihan cairan.

·         Pemberian anti mual dan muntah, serta anti diare agar dehidrasi pada anjing tidak bertambah parah. Berikan antiemetik, metoklopramide 0.5 mg/kg BB i.m/sc dapat di ulang setiap 8 jam dan kaolin-pectin 1 tablet (dengan perkiraan pectin 100mg/ ekor per hari) sebagai anti diare. Hentikan pemberian jika gejala mual, muntah dan diare sudah berhenti.

Support vitamin dan pemberian makanan khusus ( gastrointestinal diet) untuk membantu mengurangi gejala gastroenteritis yang muncul. Dapat diberikan vitamin A, D, E  sebagai anti oksidan serta berfungsi melapisi permukaan usus dan Ciano Cobalamin (B12) untuk mengurangi resiko anemia. Pada situasi ini

·         anjing Brodi dalam 2 hari pasca perawatan perlu dibantu makan dengan cara disuap, hari berikutnya Brodi sudah mau makan sendiri tanpa dibantu suap.

·         Terapi antibiotik bisa diberikan untuk mencegah infeksi bakteri sekunder. Dapat diberikan antibiotik berspektrum luas seperti enrofloxacin 10 mg/kg BB i.m/ s.c setiap  24 jam. Pemberian antibiotik bisa di split setiap 12 jam 5 mg/kg BB.

·         Berikan antipiretik jika diperlukan, sesuai dosis yang dianjurkan.

·         Untuk menghindari reaksi alergi akibat pengobatan dan proses peradangan yang terjadi, perlu dipertimbangkan agar menggunakan obat antihistamin,  dipenhidramin 2-4 mg/kg BB p.o, i.m dengan memperhatikan kondisinya secara umum.

·         Dalam kondisi anemia berat, anjing perlu menerima tranfusi darah. Untuk tindakan ini perlu koreksi hematologi selama masa perawatan sebagai acuan.

        Pemberian obat antivirus untuk parvo sangat jarang diberikan, dikarenakan masa inkubasinya sangat singkat sementara tingkat infeksinya relatif cepat. 

Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah penyakit parvo. Pastikan anjing mendapatkan vaksin canine parvo virus secara berkala. Vaksin pertama anak anjing diberikan saat anjing berusia 6–8 minggu, kemudian diikuti dengan booster 2 dosis dalam jarak 2–4 minggu. Sementara pada anjing dewasa, vaksinasi cpv cukup diberikan sebanyak 2 dosis dengan jarak 2–4 minggu.

Namun, pencegahan parvo pada anjing juga perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan serta sanitasi lingkungan. Berikut beberapa cara menghilangkan virus parvo di rumah.

  • Gunakan larutan desinfektan untuk membunuh virus pada permukaan perabotan rumah. Pilihlah desinfeksitan yang telah banyak direkomendasikan.
  • Cuci peralatan anjing, tempat tidur, tempat makan dan minum, serta mainan anjing dengan air panas.
  • Vakum secara menyeluruh area dan perabotan rumah, termasuk karpet, sofa, dan benda lain yang mungkin terkontaminasi.
  • Isolasi anjing yang sedang sakit untuk mencegah penyebaran virus parvo ke anjing lain di rumah.
  • Jaga kebersihan dan rutin mencuci tangan dan mengganti pakaian setelah pergi ke luar rumah.


Kesimpulan

  • Penyakit parvo adalah penyakit anjing yang disebabkan oleh infeksi virus canine parvovirus (CPV).
  • Gejala parvo pada anjing pada umumnya meliputi muntah, lemas, diare berdarah, serta dehidrasi parah.
  • Pengobatan untuk penyakit ini fokus pada perawatan suportif untuk mengelola gejala, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kekebalan tubuh anjing.
  • Pencegahan terbaik adalah dengan memberikan vaksinasi sesuai jadwal, menjaga kebersihan lingkungan dengan desinfektan, dan mengisolasi anjing yang terinfeksi.


FELINE PANLEUKOPENIA VIRUS PADA KUCING MOYEN

 


Etiologi

Feline panleukopenia adalah penyakit viral dengan agen utamanya virus dari keluarga Parvoviridae yang sangat menular. Feline panleukopenia virus (FPV) termasuk dalam prototipe parvovirus merupakan penyakit infeksius yang paling umum terjadi pada kucing. Pada tahun 1978 ditemukan prototipe parvovirus terbaru pada anjing yang memiliki kemampuan bereplikasi dan menyebabkan penyakit pada kucing. Prototipe Canine parvovirus (CPV) tersebut dikenal dengan Canine parvovirus type 2 (CPV-2) dengan varian CPV-2a, CPV-2b dan CPV-2c. Oleh karena itu perlu diketahui agen infeksi FPV ini dapat berasal dari anjing maupun kucing (Hermawan et al., 2023).

Anamnesa dan Sinyalemen

Kucing betina bernama Moyen berusia 3 bulan datang ke klinik dibawa oleh owner dengan keluhan tidak nafsu makan, muntah, diare dan lemas. Menurut rekam medis, saudara Moyen yang bernama Bello baru saja terinfeksi FPV.

Pemeriksaan Fisik

Berat badan 0.7 kg, suhu tubuh 40.8, mukosa anemis, telinga kotor dan scabiosis.

Diagnosa

Diagnosa dari penyakit kucing Moyen adalah Feline Panleukopenia Virus yang disebabkan oleh virus Parvoviridae dengan prognosa Dubius sehingga Moyen membutuhkan terapi yang tepat dan dalam jangka waktu yang cukup lama sampai benar stabil.

Gambar 1.1.Hasil rapid test menunjukan positif FPV

Terapi

 Terapi dimulai tanggal 06 Oktober 2024 dengan pemberian terapi cairan infus menggunakan Ringer Lactat, antibiotik Cefotaxime 10 mg/kg BB IV BID, Ondansentron 2 mg/kg BB IV BID, Ranitidine 2 mg/kg BB IV BID sebagai antiemetic.

 

Hari ke 3 kondisi Moyen sudah mulai membaik, mulai mau makan wetfood sendiri, sudah mulai aktif di kendang, namun pup belum berbentuk dan sesekali maasih muntah. Treatment tetap dilanjutkan.

Gambar 2.2. Ada muntah & Diare

Hari ke 7 kondisi Moyen sudah sangat stabil, makan lahap, mau wetfood dan dryfood, pup berbentuk, pipis bagus, tidak ada muntah lagi dan aktif di kendang.

Gambar 3.3.Sudah mulai stabil & tidak lemas


Hari ke 8 Moyen pulang dengan kondisi yang stabil serta dibawakan obat-obatan seperti supplement imunitas dan salep jamur untuk mengurangi scabies di telinga yang belum tergolong parah.

Kesimpulan

Kondisi kucing yang terinfeksi FPV sangat berbahaya dan dapat mengancam nyawa, sehingga imunitas sangat mempengaruhi kondisi kucing dapat survive atau tidak.

Daftar Pustaka

Hermawan, I. P., Darantika, G., Tage, R. A., Desiandura, K., & Wardhani, H. C. P. (2023). Studi Kasus: Kesembuhan Kasus Feline Panleukopenia pada Kucing Mocca di Surabaya. Jurnal Kajian Veteriner, 11(1), 10-18.


Malocclusions (Misaligned Teeth)

 

Definisi

Istilah "maloklusi" mengacu pada susunan gigi atas dan bawah yang tidak normal. Gigi tersusun dalam pola yang sangat spesifik dan, dalam oklusi normal, gigi mencapai tujuan ideal berupa gigitan yang nyaman dan fungsional. Ketika kita menangani maloklusi , tujuan utama kita selalu sama, yakni mengembalikan gigitan yang nyaman dan fungsional. Untuk karnivora seperti anjing dan kucing, oklusi normal digambarkan di bawah ini.

  • Gigi taring mandibula (bawah) terletak di depan gigi taring maksila (atas)
  • Gigi seri rahang atas terletak di depan gigi seri rahang bawah.
  • Dari molar ke depan, premolar rahang atas berada di bukal (bagian luar) premolar rahang bawah.

Penyebab Maloklusi

Pada anjing dan kucing, maloklusi hampir selalu bersifat turun temurun. Disarankan agar anjing dan kucing yang memiliki maloklusi tidak dibiakkan. Kadang-kadang, kondisi lain seperti trauma, penyakit periodontal, dan tumor dapat menggerakkan gigi dalam kaitannya satu sama lain dan menyebabkan maloklusi sekunder.

Diagnosis Maloklusi

Maloklusi selalu menarik karena setiap maloklusi berbeda. Oleh karena itu, rencana perawatan khusus harus disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan kondisi setiap pasien. Tidak ada perawatan menyeluruh, dan sering kali ada beberapa pilihan yang valid tergantung pada preferensi pemilik. Diagnosis maloklusi tertentu dan gejala sisa (kondisi tambahan yang merupakan konsekuensi dari kondisi primer), dilakukan melalui pemeriksaan mulut lengkap. Kami sering kali dapat mendiagnosis dan memberikan pilihan perawatan berdasarkan konsultasi awal karena pengalaman kami yang luas dengan kondisi ini; namun, pemeriksaan mulut menyeluruh hanya dapat diselesaikan dengan bantuan sedasi dan pencitraan mulut. Berikut ini beberapa terminologi tambahan untuk maloklusi:

  • Maloklusi Kelas I : Gigi yang posisinya tidak tepat, dengan hubungan panjang rahang yang normal. Ada banyak subklasifikasi dari maloklusi ini.
  • Maloklusi Kelas II : Distoklusi mandibula (rahang bawah yang terlalu pendek relatif terhadap rahang atas).
  • Maloklusi Kelas III : Mesioklusi mandibula (rahang bawah terlalu panjang dibandingkan rahang atas). Umum terjadi pada hewan brachycephalic (bulldog, frenchie, pugs, dll…)
  • Maloklusi Kelas IV : Maloklusi skeletal asimetris.

Tindakan

Apa pun maloklusi yang dialami, setiap pasien akan memiliki kebutuhan masing-masing untuk mengembalikan gigitan yang nyaman dan fungsional. Beberapa pilihan dapat memberikan penyembuhan permanen setelah satu prosedur, sementara yang lain memerlukan tindak lanjut yang ketat, beberapa prosedur anestesi, dan perawatan di rumah yang cermat agar berhasil. Dari yang paling mudah hingga yang paling canggih, perawatannya meliputi:

  • Pencabutan selektif : Salah satu pilihannya adalah mencabut gigi yang menyebabkan rasa tidak nyaman. Pilihan ini relatif cepat, memerlukan tindak lanjut minimal, tidak memengaruhi kemampuan makan, dan komplikasinya jarang terjadi.
  • Odontoplasti : Membentuk kembali gigi, untuk maloklusi yang sangat ringan.
  • Gingivoplasti : Membentuk kembali jaringan gusi yang bersentuhan dengan gigi.
  • Osteoplasti : Membentuk kembali tulang di bawah jaringan gusi.
  • Pengurangan mahkota dengan terapi pulpa vital : Prosedur endodontik yang secara signifikan memperpendek gigi yang menyebabkan trauma.
  • Ortodontik (pergerakan gigi) :
    1. Ortodontik gaya intermiten: Ini termasuk perluasan mahkota sementara, bidang gigitan akrilik khusus, dan metode lainnya.
    2. Ortodontik gaya aktif: Kancing, braket, dan rantai elastis.


Penyakit Gusi pada Kucing

 



Definisi

Penyakit gusi, atau penyakit periodontal, adalah suatu kondisi gigi pada kucing. Hal ini menyebabkan peradangan pada beberapa atau seluruh struktur pendukung gigi yang terkena. Penyakit gusi adalah salah satu penyakit paling umum pada kucing. Jika partikel makanan dan bakteri dibiarkan menumpuk di sepanjang garis gusi kucing, maka dapat membentuk plak, yang bila dikombinasikan dengan air liur dan mineral akan berubah menjadi kalkulus (karang gigi). Hal ini menyebabkan iritasi gusi, atau kemerahan pada gusi di sekitar gigi kucing. Kondisi peradangan ini disebut gingivitis. Ini adalah tahap awal penyakit periodontal pada kucing. Setelah sekian lama, karang gigi akan menumpuk di bawah gusi kucing dan memisahkannya dari gigi. Ruang akan terbentuk di bawah gigi, mendorong pertumbuhan bakteri. Jika hal ini terjadi, kucing akan menderita penyakit periodontal yang tidak dapat disembuhkan. Hal ini biasanya menyebabkan pengeroposan tulang, kerusakan jaringan, dan infeksi pada rongga antara gusi dan gigi.

Jenis Penyakit Gusi

Penyakit periodontal pada kucing diklasifikasikan dalam empat tahap berdasarkan tampilan mulut selama pemeriksaan mulut dan rontgen gigi.

Semua tahapan penyakit gigi pada kucing bisa menyebabkan gusi berdarah. Perawatan medis kucing Anda akan dipilih berdasarkan tahapan ini oleh dokter hewan Anda.

1. Gingivitis—Tahap ini terjadi ketika terjadi peradangan pada gingiva, atau jaringan lunak mulut kucing, tanpa kehilangan perlekatan. Gingivitis tidak mempengaruhi struktur perusahaan (tulang).

2. Periodontitis dini—Hilangnya hingga 25% perlekatan ligamen yang menahan gigi di gusi kucing

3. Periodontitis sedang—kehilangan perlekatan 25% hingga 50%.

4. Periodontitis lanjut—Kehilangan perlekatan lebih dari 50%.

5. Resorpsi gigi—Kerusakan mahkota dan akar gigi, gigi berlubang, dan nyeri hebat

Gejala Klinis Ginggivitis

Tanda-tanda utama megacolon adalah sebagai berikut:

  • Gusi merah dan bengkak
  • Bau mulut (halitosis)
  • Plak pada gigi
  • Berbagai tingkat penumpukan tarter
  • Mulut terasa nyeri, yang mungkin muncul saat kucing mengais atau menggosok mulut/wajahnya
  • Mengiler
  • Menjatuhkan makanan
  • Gusi berdarah
  • Hanya makan makanan lunak
  • Memutar kepala secara berlebihan saat makan

Gejala Klinis Periodontitis

l  Gigi goyang

l  Kehilangan gigi

l  Nafsu makan menurun atau anoreksia

l  Resesi gusi

l  Akar gigi terbuka

l  Resorpsi gigi

Penyebab

Penyakit periodontal pada kucing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, namun sebagian besar disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri di bawah garis gusi menyebabkan nyeri dan peradangan pada jaringan. Akumulasi bakteri di bawah garis gusi kucing sering kali disebabkan oleh kurangnya perawatan mulut, seperti rutin menyikat gigi. Kurangnya pembersihan gigi secara rutin dengan dokter hewan juga dapat menyebabkan penyakit gusi pada kucing. Mungkin juga ada hubungan antara riwayat infeksi calicivirus dan radang gusi parah.

Kondisi lain yang dapat menyebabkan penyakit gusi pada kucing meliputi:

l  Virus leukemia kucing (FeLV)

l  Virus imunodefisiensi kucing (FIV)

l  Penyakit ginjal yang parah

l  Diabetes melitus

l  Penyakit autoimun

Penanganan

Untuk kasus ini membutuhkan Dental prosedur dan pengecekan darah lengkap sebelum dilakukan anastesi. Untuk memastikan organ masih berfungsi dengan baik. Setelah dibius, diagnosis penyakit periodontal kucing melibatkan beberapa prosedur. Jika pemeriksaan periodontal menunjukkan jarak lebih dari satu milimeter antara gusi dan gigi yang terkena gingivitis, kucing dianggap memiliki kelainan periodontal.

X ray penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal pada kucing, karena hingga 60% gejalanya tersembunyi di bawah garis gusi. Pada tahap awal penyakit ini, sinar-X akan menunjukkan hilangnya kepadatan gigi yang terlihat sebagai area gelap, bukan putih terang. Pada tahap yang lebih lanjut, akan terlihat hilangnya dukungan tulang di sekitar akar gigi yang terkena.

Pencegahan dan Perawatan

Perawatan khusus penyakit periodontal pada kucing bergantung pada seberapa parah kondisi kucing. Pada penyakit gusi pada kucing tahap awal, pengobatan difokuskan pada pengendalian plak dan mencegah hilangnya gigi kucing. Hal ini dicapai melalui menyikat gigi setiap hari dengan pasta gigi yang aman untuk hewan peliharaan dan produk yang diresepkan dokter hewan untuk meminimalkan perkembangan plak. menyarankan agar gigi yang terkena dicabut. Untuk mencabut gigi, kucing Anda harus dibius. Pemeriksaan darah dan rontgen dada dilakukan sebelum anestesi untuk memastikan keselamatan pasien. Sebelum prosedur, pasien harus dipuasakan setidaknya 12 jam untuk memastikan perut kosong agar prosedur dapat mengurangi perubahan komplikasi seperti muntah dan pneumonia aspirasi.Setelah gigi yang terkena dicabut—bersama dengan obat oral seperti antibiotik penyakit gusi akan teratasi.



Feline Infectious Peritonitis (FIP) pada kucing Miko

 


 Etiologi

  FIP merupakan infeksi virus dari strain Feline Coronavirus (FcoV) yang telah bermutasi,, FIP sendiri      menargetkan sel epitel yang ada pada kucing. FIP merupakan penyakit sistemik yang menyerang sistem imun dan menyebabkan penumpukan cairan di rongga perut dan/atau dada untuk kasus pada FIP basah. FIP adalah penyakit virus yang menyerang kucing dan tidak menular ke manusia. Sifat penyakit FIP sendiri adalah kronis, dan memiliki peluang mortalitas yang tinggi.

Gejala klinis

Kucing Miko datang ke Klinik Hewan Awal Care Buaran dengan kondisi lemas, suhu lumayan tinggi (39,6°C), perut kembung dan keadaan susah napas. Kucing Miko sebelumnya makannya sangat lahap sampai dua hari yang lalu makannya mulai sedikit, dan pagi hari sebelum dibawa ke klinik sudah tidak mau makan. Sebelumnya Kucing Miko memiliki kebiasaan makan yang lahap sehingga kondisi ini mengkhawatirkan pemilik. Perut Kucing Miko mengalami penggembungan sehinggamenekan rongga dada dan membuat Kucing Miko sulit bernapas .

Diagnosa,

 Kondisi Kucing Miko yang mulai sesak napas mengharuskan Kucing Miko untuk segera dilakukan tindakan yang dapat membantu caranya bernapas. Sehingga dokter hewan dan paramedis        segera   melakukan abdominosentesis. Abdominosentesis adalah prosedur medis untuk mengambil   cairan   dari  rongga perut dengan menggunakan jarum suntik.

Gambar 1. Tindakan abdominosentesis




 Setelah dilakukan abdominosentesis, dokter melakukan Uji Rivalta pada cairan yang telah diperoleh   dari  abdominosentesis. Uji Rivalta adalah metode sederhana untuk mendeteksi peningkatan protein dalam cairan tubuh, seperti cairan pleura atau asites. Uji ini dikembangkan oleh          penemu asal Italia, Rivalta, pada tahun 1900. Dalam kasus FIP sendiri Uji Rivalta berfungsi untuk mendeteksi adanya luruhan protein pada cairan yang diperoleh sebagai salah satu adanya infeksi virus FIP. Parameter adanya indikasi infeksi virus FIP ditandai dengan terbentuknya awan putih saat cairan yang diperoleh di teteskan pada larutan uji Rivalta.

Gambar 2. 

Hasil uji Rivalta Kucing Miko

Adanya hasil positif pada hasil uji Rivalta pada Kucing Miko, memperkuat kecurigaan bahwa Miko menderita FIP tipe Wet FIP.

Pengobatan

Untuk memiliki indikator pengobatan yang tepat dan terukur dilakukan uji hematologi dan kimia darah kepada Kucing Miko. Setelah dilakukan uji tersebut didapati jumlah limfosit Kucing Miko menurun, dan kadar sel darah merahnya juga mengalami penurunan. Sedangkan untuk kimia darah ditemukan kondisi penurunan fungsi hati dan level A/G pada angka 0.2.

Dari data tersebut dokter memutuskan untuk memberikan pengobatan berupa terapi medikasi penghambat replikasi virus, suplemen darah, dan suplemen hati. Pada pengobatan infeksi virus sendiri pengobatan ditujukan untuk memberikan suportif yang membuat pasien dapat bertahan melawan virus sampai membentuk antibodinya sendiri untuk melawan virus yang sedang menginfeksi. Dalam hal ini virus FIP.

Pencegahan

Sampai sekarang vaksin virus FIP masih dalam tahap pengembangan, adapun yang dapat dilakukan pemilik hewan untuk mencegah virus ini menginfeksi kucing kesayangannya adalah dengan menjaga kondisi lingkungan kucing tinggal, menjaga kondisi imunnya, dan melindungi kucing kesayangan dari sumber stres yang berlebihan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkarantina kucing yang baru diadopsi, menjaga kebersihan lingkungan kucing dan perlengkapannya, dan menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk kucing kesayangannya; misalkan dengan menjaga suhu dan kelembaban ruangan, serta mengurangi polusi suara pada ruangan.

Kesimpulan

Feline Infectious Peritonitis (FIP), termasuk wet FIP, adalah penyakit yang cukup kompleks dan mematikan pada kucing. Wet FIP merupakan salah satu bentuk FIP yang ditandai dengan penumpukan cairan di dalam rongga tubuh kucing, seperti rongga perut atau rongga dada. Pemilik kucing dapat memberikan perlindungan kepada hewan kesayangan dengan cara melakukan karantina, menjaga kebersihan, dan memberikan lingkungan yang nyaman untuk kucing

kesayangannya.