Jumat, 21 Februari 2025

Otitis pada Kucing

 



Definisi

Peradangan pada struktur telinga tengah (otitis media) biasanya disebabkan oleh perluasan infeksi dari liang telinga luar atau oleh penetrasi gendang telinga oleh benda asing. Polip yang meradang juga merupakan penyebab umum otitis media pada kucing. Penyebaran infeksi melalui aliran darah ke telinga tengah juga mungkin terjadi, tetapi jarang terjadi. Peradangan pada telinga tengah dapat menyebabkan peradangan pada struktur telinga bagian dalam (otitis interna). Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan dan ketulian. Secara umum, otitis media dan interna lebih serius daripada otitis eksterna, dan efeknya pada telinga mungkin tidak dapat dipulihkan.

Gejala Klinis

Tanda-tanda otitis media meliputi menggelengkan kepala, menggosok atau menggaruk telinga yang sakit, dan memiringkan atau memutar kepala ke arah sisi yang sakit. Tanda-tanda infeksi telinga luar (otitis eksterna) juga mungkin ada.

Karena beberapa saraf wajah berjalan melalui telinga tengah, wajah kucing mungkin menunjukkan tanda-tanda. Otitis media dapat menyebabkan kelumpuhan saraf wajah, penyempitan pupil mata, kelopak mata terkulai, bola mata tenggelam ke rongga mata, dan tonjolan kelopak mata ketiga di sisi yang sama dengan telinga yang terkena. Jika otitis interna terjadi pada saat yang sama, kucing dapat memiringkan kepalanya ke sisi yang terkena. Selain itu, kucing dengan radang telinga bagian dalam mungkin mengalami kurangnya koordinasi secara keseluruhan yang cukup parah hingga menyebabkan kesulitan untuk berdiri dan berjalan. Gerakan mata berirama yang tidak disengaja dari sisi ke sisi (disebut nistagmus) juga dapat terlihat dengan radang telinga bagian dalam. 

Peneguhan Diagnosa

Otitis interna dapat didiagnosis ketika tanda-tanda otitis media terlihat selain dari hilangnya keseimbangan. Jika radang telinga luar juga muncul, dokter hewan akan melakukan tes untuk mengidentifikasi penyebabnya (seperti tungau, benda asing, atau infeksi bakteri). Dokter hewan juga dapat mengambil sampel dari telinga tengah untuk melakukan kultur yang dapat mengidentifikasi adanya infeksi bakteri. Pemeriksaan radiologi seperti x-ray, computed tomography (CT scan), atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat digunakan untuk mendeteksi radang telinga tengah atau dalam atau pengerasan dan pertumbuhan fibrosa tulang bundar di belakang telinga.

Penanganan
Karena kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran dan kerusakan pada organ keseimbangan (alat vestibular), treatment memerlukan antibiotik jangka panjang yang diberikan melalui mulut atau suntikan untuk mengobati otitis media atau interna. Perawatan dapat berlangsung selama 3 hingga 6 minggu. Perforasi kecil pada gendang telinga biasanya sembuh dalam 2 hingga 3 minggu. Setiap radang pada liang telinga luar akan diobati pada saat yang sama. Selain itu, obat antiradang dapat diresepkan selama minggu pertama pengobatan untuk mengurangi rasa sakit dan perubahan peradangan pada saraf di dekatnya. Kutu telinga, jika ada, diobati dengan obat antiparasit. Jika kucing tidak merespons pengobatan, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Otitis media dengan gendang telinga yang utuh biasanya merespons terapi antibiotik dengan baik. Namun, jika terjadi peradangan jangka panjang pada telinga bagian dalam dan gendang telinga pecah, kemungkinan keberhasilan pengobatan berkurang. Jika sudah terdapat masalah saraf lokal, masalah tersebut dapat berlanjut bahkan setelah infeksi telah sembuh. Peradangan pada telinga bagian dalam biasanya merespons terapi antibiotik jangka panjang dengan baik, tetapi beberapa masalah neurologis (misalnya, kurangnya koordinasi, kepala miring, tuli, bibir terkulai, atau ketidakmampuan untuk berkedip) dapat bertahan seumur hidup. Hewan yang pulih dari radang telinga bagian dalam harus diberi waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan tanda-tanda terkait saraf yang terus-menerus.


Selasa, 18 Februari 2025

Distokia pada Kucing

 


Definisi

Distokia adalah suatu kondisi dimana induk hewan kesulitan melahirkan secara normal. Distokia dapat terjadi akibat faktor

dari induk ataupun janin. Faktor induk meliputi panggul induk yang terlalu kecil ataupun kontraksi rahim yang lemah. Faktor

janin meliputi janin yang malposisi, ukuran janin yang terlalu besar ataupun janin yang mati dalam kandungan.

Gejala Klinis dan Indikasi

• Sudah melewati HPL namun belum terlihat adanya respon akan melahirkan

• Bayi sungsang / terlalu besar / terlilit tali pusar

• Sudah melahirkan lebih dari 24 jam namun masih ada janin yang tertinggal

• Janin mati dalam kandungan / keguguran

• Retensi plasenta

Diagnosis

Peneguhan diagnosa pada hewan distokia dapat dilakukan dengan USG. USG digunakan untuk menentukan HPL, melihat

gambaran air ketuban, janin masih hidup / tidak, posisi janin dan perkiraan jumlah janin. Faktor faktor tersebut akan

dijadikan pertimbangan apakah perlu dilakukan tindakan bedah atau tidak.

Penanganan

Penanganan pada kasus distokia dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti injeksi hormon ataupun tindakan bedah,

hal ini tergantung pada penyebab distokia itu sendiri. Caesar adalah tindakan bedah yang dilakukan pada hewan dengan

indikasi utama sulit melahirkan atau distokia untuk menyelamatkan induk dan janin.

Pencegahan dan Perawatan

Pencegahan distokia dapat dilakukan dengan:

• USG rutin

• Menjaga kesehatan induk selama masa kebuntingan

• Menghindari penggunaan obat obatan yang memiliki kontraindikasi pada hewan bunting

• Hindari mengawinkan jantan dengan ukuran yang jauh lebih besar dari betinanya untuk menghindari distokia akibat

janin yang terlalu besar

Case Report:

Seekor kucing betina bernama Selena dengan perkiraan usia diatas 5 tahun dibawa ke klinik karena adanya leleran

yang keluar dari vulva. Diketahui Selena memang dalam kondisi bunting namun mengkonsumsi beberapa obat obatan

yang memiliki kontraindikasi dengan kebuntingan beberapa waktu lalu. Berdasarkan perabaan abdomen diperkirakan ada

1 janin pada rahim sebelah kiri. Dilakukan pemeriksaan lanjutan menggunakan USG untuk memastikan kondisi janin

Selena.



Berdasarkan hasil USG teramati adanya 1 janin pada rahim kiri dengan denyut jantung normal namun air ketuban
minimal dan sudah lewat HPL. Dokter memberikan penjelasan terkait pilihan penanganan yang dapat dilakukan yaitu
induksi hormon dan tindakan bedah. Setelah diskusi yang dilakukan, owner memutuskan untuk dilakukan tindakan bedah
caesar. Selain caesar owner juga meminta untuk dilakukan steril.



Saat tindakan bedah dilakukan teramati adanya 1 janin pada rahim kiri dan kista pada rahim. Janin berhasil dikeluarkan
dalam kondisi hidup namun tidak berkembang sempurna ditandai dengan tidak tumbuhnya bulu yang merata, ukuran yang
jauh dibawah batas normal dan hernia umbilicalis. Perkembangan yang tidak sempurna ini dapat diakibatkan oleh
penggunaan obat obatan yang memiliki kontraindikasi pada hewan bunting selama kebuntingan. Sayangnya anak Selena
hanya bertahan kurang lebih satu hari pasca tindakan caesar. Setelah janin berhasil dikeluarkan, dilanjutkan tindakan steril
pada Selena. Secara keseluruhan operasi berjalan lancar dan Selena sadar beberapa saat setelah tindakan selesai
dilakukan.