Oleh : Yandra Pratama
Mahasiswa Magang jurusan Peternakan & kesehatan Hewan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuah
2.1 Feline panleukopenia virus (FPV)
Feline panleukopenia (FPV)
adalah sindrom penyakit klinis yang disebabkan oleh infeksi carnivore protoparvovirus 1. Deteksi urutan DNA
mirip parvovirus endogen yang
terdapat dalam genom dari sejumlah
spesies karnivora memberikan bukti bahwa parvovirus
kemungkinan telah hidup di dalam tubuh karnivora selama jutaan tahun. Feline panleukopenia adalah penyakit
virus yang paling lama telah diketahui pada kucing (Barrs, 2019). Leal et al. 2020) juga menyatakan bahwa carnivore protoparvovirus 1 merupakan
anggota famili Parvoviridae (subfamili
Parvovirinae, genus Protoparvovirus). Protoparvovirus adalah virus ikosahedral
berukuran kecil yang tidak terbungkus amplop dan memiliki genom DNA untai
tunggal.
Penularan dari kucing sakit ke kucing sehat selain melalui
fekal-oral dapat juga melalui muntahan, urin, leleran mata, maupun leleran
hidung. Virus panleukopenia masuk ke
dalam tubuh dan bereplikasi pada sel yang aktif membelah seperti sumsum tulang
belakang, jaringan limfoid, epitel usus halus, cerebellum, dan retina pada kucing neonatal sehingga menyebabkan panleukopenia, ataksia, inkoordinasi
gerak, maupun gangguan penglihatan pada hewan muda (Truyen et al., 2009).
Kucing yang dipelihara sejak kecil memiliki kemungkinan
lebih kecil terjangkit feline
panleukopenia. Kucing yang dipelihara sejak kecil bersama dengan induknya
biasanya memiliki antibodi maternal yang cukup. Bila induk kucing sudah
divaksin, maka kucing tersebut akan memiliki kekebalan terhadap infeksi FPV
(Putri et al., 2020).
Klasifikasi virus (Leal et al.,
2020): Grub :Grub II (Virus DNA untai tunggal) Famili : Parvoviridae
Sub famili
: Parvovirinae
Genus : Protoparvovirus
Spesies : Virus Feline
Panleukopenia
2.1
Gejala Klinis dari FPV
Anak kucing dan kucing muda dengan gejala klinis demam dan vomit dapat
dicurigai. Anak kucing yang terlahir dengan penyakit cerebellar, memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi terhadap
penyakit ini. Penyakit berlangsung akut dengan
masa inkubasi 2-9 hari. Penderita
tidak mau makan, lesu, muntah, demam, dan mengalami dehidrasi. Selaput lendir mulut dan
pangkal tekak kering, mengalami kongesti,
bau mulut busuk (foetor ex ore), saat
palpasi daerah abdomen terasa penebalan usus. Beberapa mengalami diare. Kebanyakan ususnya kosong, dan
berisi detritus bewarna kuning
(Sandi, 2022).
Feline panleukopenia ditandai dengan gejala awal yang khas, yaitu demam, depresi, dan
anoreksia. Kucing awalnya mungkin muntah dengan frekuensi yang lebih rendah,
kemudian berkembang menjadi diare hingga perdarahan. Kucing yang mati karena
penyakit ini dapat disebabkan oleh komplikasi dari infeksi bakteri sekunder, sepsis, dan dehidrasi. Angka kematian
pada kasus ini mencapai 25-90% pada kasus akut, sedangkan pada infeksi akut
adalah 100% (Carney et al., 2012).
2.1
Penanganan FPV
Disini kucing yang terkena FPV bernama Ninuk dan ras
domestik yang di ruang infeksius klinik hewan awal care cabang buaran dengan
keadaan lemas, penurunan nafsu makan, muntah
dan diare.
Penanganan dilakukan oleh dokter hewan dan paramedic secara
langsung di klinik selama 8 hari. Selama 8 hari tersebut dokter hewan dan
paramedik melakukan pengobatan secara rutin agar kesembuhan kucing tersebut
maksimal, Pengobatan yang diberikan pada kucing ninuk tersebut melalui oral dan
injeksi.
Pada kasus ini ada beberapa pemberian obat seperti
antibiotic, multivitamin, anti muntah, terapi cairan infus, dan anti diare.
Tujuan pemberian obat antibiotik adalah untuk mencegah atau
mengobati infeksi dengan cara menurunkan dan mengeliminasi bakteri sampai daya
tahan tubuh sendiri dapat mengatasi organisme pathogen tersebut. Multivitamin
diberikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
memperbaiki metabolism tubuh dan membantu mempercepat pertumbuhan. Anti
muntah dan anti diare diberikan hanya ketika ada gejala muntah dan diare simptomatik sedangkan pemberian terapi cairan infus bertujuan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat muntah dan diare. Terapi cairan
diberikan kira-kira sekitar 50 ml/kg berat badan per hari.
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan klinis yang
dilakukan pada kucing Ninuk, diagnose mengarah pada feline panleukopenia virus. Diagnose tersebut juga berdasarkan
temuan di rawat inap dimana kucing Ninuk mengalami muntah, diare, lemas, dan
tidak mau makan. Kucing tersebut belum pernah di vaksin. Pengobatan yang dilakukan dengan pemberian antibiotic, anti muntah, anti diare, multivitamin dan terapi cairan
infus.
DAFTAR PUSTAKA
Arlis, S. (2017).
Diagnosis Penyakit Radang Sendidengan Metode
Certainty factor. Sains
-Sains dan Teknologi
Informasi, 3(1).
Barrs, V. R. 2019. Feline panleukopenia A Re-emergent
Disease. Vet Clin North Am Small Anim Pract. 49(4):651-670.
Carney, Hazel C., Little, Susan, Brownlee T., Dawn,
Harvey, Andrea M., Mattox, Erica, Robertson, Sheilah, Rucinsky, Renee, Manley,
Donna S. (2012). AAFP and ISFM feline-friendly nursing care guidelines. Journal
of Feline Medicine and Surgery, 14(5), 337–349.
Decaro, N., Buonavoglia, D., Desario, C., Amorisco, F.,
Colaianni, M. L., Parisi, A., Terio< V., Elia, G., Lucente, M. S., Cavalli,
A., Martella, V., & Buonavoglia, C. (2010). Characterisation of canine
parvovirus strains isolated from cats with feline panleukopenia. Research in veterinary Science, 89(2), 275-278.
Hartmann, K. (2017). Felin Panleukopenia Update on
Prevention. The Thai Journal of Veterinary Medicine, 47, S101-S104.
Kusumawardhani,
S>W., Chandra A.H., Yehuda L>A., dan Viska M. Widyaastuti.2019. Catatan Dokter Hewan: Penyakit Infeksius
pada Kucing. IPB press. Bogor. 1-14.
Leal, E., Liang R., Liu Q., Villanova, F., Shi, L.,
Liang, L., Li J., Witkin, S. S., Cui, S. 2020. Regional adaptations and
parallel mutations in Feline 24 panleukopenia virus strains from China revealed
by nearly-full length genome analysis. Plos One. 15(1):1-15.
Putri R, Sumiarto B, Mulyani GT. 2020. Faktor-Faktor
Resiko Panleukopenia pada Kucing Di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner 38(3): 206-213.
Sandi.2022.penganganan kasus panleukopenia pada kucing di Klinik Hewan Jogja.Universitas Jambi.
Syafriati, T. A. T. T. Y. (2004). Deteksi Antibodi
Penyakit Feline Panleukopenia Pada Kucing Dengan Menggunakan Teknik Elisa.
Semin. Nas. Teknol. Peternak. dan Vet, 761-766.
Truyen U, Addie D, Belak S, Boucraut-Baralon C, Egberink
H, Frymus T, Gruffydd-Jones, Hartmann K, Hosie MJ, Lloret A, Lutz H, Marsilio
F, Pennisi MG, Radford AD, Thiry EL, Horzinek MJ. 2009. Feline Panleukopenia
Abcd Guideline on Prevention and Management. Journal of Feline Medicine and
Surgery 11: 538-546.