Rabu, 12 Maret 2025

DISPLASIA COXO FEMORALIS

 





Pendahuluan

Displasia coxo femoral (DCF) atau lazim disebut sebagai Hip displasia (HD) didefinisikan sebagai suatu gangguan perkembangan sendi coxofemoral dan terjadi mayoritas pada anjing. Penyebab utama terjadinya DCF atau HD kelainan secara genetik atau perolehan akibat trauma. Displasia coxo femoral (HD) karena faktor genetik pada awalnya tampak normal saat lahir, namun berkembang abnormal selama pertumbuhan. Kelemahan yang berlebihan dianggap sebagai faktor kunci yang menyebabkan subluksasio caput femoris, kelainan sendi dan abnormalitas asetabulum. Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan beban pada tulang rawan tidak terdistribusi secara merata sehingga terjadi abrasi tulang rawan, inflamasi dan akhirnya menyebabkan gangguan sendi degeneratif sekunder yang menimbulkan rasa nyeri dan pincang. Variasi tingkat keparahan DCF/ HD dapat dinilai melalui perubahan radiografis, berupa subluksasio, deformasi sendi, dan osteoarthritis.

Penanganan kasus DCF pada anjing dan kucing, umumnya dengan dilakukan Femoral Head and Neck Osteotomy (FHNO/ FHO), yaitu pemotongan caput femoris untuk menghilangkan rasa nyeri akibat pergesekan caput femoris dan tulang pinggul dan dianggap sebagai standar emas. Pilihan lainnya adalah dengan juvenile pubic symphysiodesis, double osteotomi panggul atau triple osteotomi panggul pada anjing dan kucing yang lebih muda. Operasi FHO dilakukan dengan mengangkat caput dan cervix femoralis dengan eksisi cervix dari dasar trokanter mayor melintasi cervix dalam garis yang memotong korteks medial femur. Tujuan pembedahan ini adalah untuk membatasi kontak antara caput femur dan acetabulum sehingga memungkinkan pembentukan jaringan fibrosa padat yang mengarah ke sendi palsu atau pseudoarthrosis.

Terapi fisik pasca operasi yang tepat dapat meningkatkan pemulihan. Fase awal rehabilitasi pasca operasi bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan bengkak, mengendalikan peradangan, dan meningkatkan regenerasi jaringan. Fase selanjutnya bertujuan untuk meningkatkan propriosepsi/ persepsi rangsangan yang berhubungan dengan posisi, postur tubuh, keseimbangan atau kondisi tubuh, beban tumpu dan mempertahankan atau meningkatkan jangkauan gerak pinggul. Fokus fase terakhir rehabilitasi adalah penguatan otot kuarter belakang.

Opsi terbaru dalam penanganan DCF adalah dengan Hip toogle with Tight Rope System (TRS), yaitu suatu prosthesis yang dipasang sebagai pengganti ligamentum kaput femoris yang putus pada kejadian DCF/HD. Tujuan utama pemasangan toogle pinning ini adalah untuk mempertahankan biomekanik sendi yang normal.

Kasus

Seekor kucing british shorth hair (BSH) bernama Celline usia 10 bulan datang ke klinik dengan keluhan kaki kanan belakang pincang. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang berupa x-ray dengan hasil sebagai berikut.



Setelah dilakukan pemeriksaan terlihat terlihat kepala femur kaki kanan belakang lepas dari acetabulum yang disebut luxation coxofemoralis. Operasi dilakukan berdasarkan kesepakan dengan pemilik dengan metode femoral head ostectomy (FHO). Prinsip FHO ini adalah pengangkatan kepala dan leher femur membentuk kantong kosong dan selanjutnya akan memebentuk persendian palsu dimana otot disekitar trochanter yang akan memegang tulang femur dan meminimalisir rasa sakit. Manfaat dilakukan FHO ini adalah mudah dikerjakan, tidak menggunakan advanced equipment, dan persembuhan relative cepat.


Perawatan pasca operasinya diberikan antibiotic, multivitamin, dan fisioterapi. 3 hari pasca operasi mulai dilatih jalan dan sudah mau napak dan dipakai kakinya walupun masih belum normal dan untuk pergerakan masih dibatasi. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar