Pendahuluan
Displasia coxo
femoral (DCF) atau lazim disebut sebagai Hip displasia (HD) didefinisikan
sebagai suatu gangguan perkembangan sendi coxofemoral dan terjadi mayoritas
pada anjing. Penyebab utama terjadinya DCF atau HD kelainan secara genetik atau
perolehan akibat trauma. Displasia coxo femoral (HD) karena faktor genetik pada
awalnya tampak normal saat lahir, namun berkembang abnormal selama pertumbuhan.
Kelemahan yang berlebihan dianggap sebagai faktor kunci yang menyebabkan
subluksasio caput femoris, kelainan sendi dan abnormalitas asetabulum. Kondisi
tersebut menyebabkan peningkatan beban pada tulang rawan tidak terdistribusi
secara merata sehingga terjadi abrasi tulang rawan, inflamasi dan akhirnya
menyebabkan gangguan sendi degeneratif sekunder yang menimbulkan rasa nyeri dan
pincang. Variasi tingkat keparahan DCF/ HD dapat dinilai melalui perubahan
radiografis, berupa subluksasio, deformasi sendi, dan osteoarthritis.
Penanganan kasus
DCF pada anjing dan kucing, umumnya dengan dilakukan Femoral Head and Neck
Osteotomy (FHNO/ FHO), yaitu pemotongan caput femoris untuk menghilangkan rasa
nyeri akibat pergesekan caput femoris dan tulang pinggul dan dianggap sebagai
standar emas. Pilihan lainnya adalah dengan juvenile pubic symphysiodesis,
double osteotomi panggul atau triple osteotomi panggul pada anjing dan kucing
yang lebih muda. Operasi FHO dilakukan dengan mengangkat caput dan cervix
femoralis dengan eksisi cervix dari dasar trokanter mayor melintasi cervix
dalam garis yang memotong korteks medial femur. Tujuan pembedahan ini adalah
untuk membatasi kontak antara caput femur dan acetabulum sehingga memungkinkan
pembentukan jaringan fibrosa padat yang mengarah ke sendi palsu atau
pseudoarthrosis.
Terapi fisik pasca
operasi yang tepat dapat meningkatkan pemulihan. Fase awal rehabilitasi pasca
operasi bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan bengkak, mengendalikan
peradangan, dan meningkatkan regenerasi jaringan. Fase selanjutnya bertujuan
untuk meningkatkan propriosepsi/ persepsi rangsangan yang berhubungan dengan
posisi, postur tubuh, keseimbangan atau kondisi tubuh, beban tumpu dan
mempertahankan atau meningkatkan jangkauan gerak pinggul. Fokus fase terakhir
rehabilitasi adalah penguatan otot kuarter belakang.
Opsi terbaru dalam
penanganan DCF adalah dengan Hip toogle with Tight Rope System (TRS), yaitu
suatu prosthesis yang dipasang sebagai pengganti ligamentum kaput femoris yang
putus pada kejadian DCF/HD. Tujuan utama pemasangan toogle pinning ini adalah
untuk mempertahankan biomekanik sendi yang normal.
Kasus
Seekor kucing
british shorth hair (BSH) bernama Celline usia 10 bulan datang ke klinik dengan
keluhan kaki kanan belakang pincang. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa x-ray dengan hasil sebagai berikut.
Setelah dilakukan pemeriksaan terlihat terlihat kepala
femur kaki kanan belakang lepas dari acetabulum yang disebut luxation
coxofemoralis. Operasi dilakukan berdasarkan kesepakan dengan pemilik dengan
metode femoral head ostectomy (FHO). Prinsip FHO ini adalah pengangkatan kepala
dan leher femur membentuk kantong kosong dan selanjutnya akan memebentuk
persendian palsu dimana otot disekitar trochanter yang akan memegang tulang
femur dan meminimalisir rasa sakit. Manfaat dilakukan FHO ini adalah mudah
dikerjakan, tidak menggunakan advanced equipment, dan persembuhan relative
cepat.
Perawatan pasca operasinya diberikan antibiotic,
multivitamin, dan fisioterapi. 3 hari pasca operasi mulai dilatih jalan dan
sudah mau napak dan dipakai kakinya walupun masih belum normal dan untuk
pergerakan masih dibatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar